(IslamToday ID) – Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) memperingatkan bahwa lebih dari 33 juta warga Sudan berisiko tertular kolera.
Menurut laporan situs web Sudan Tribune yang dikutip dari Sputnik, Jumat (4/7/2025), kantor OCHA menyatakan bahwa lebih dari 33,5 juta warga Sudan, termasuk 5,7 juta anak di bawah usia lima tahun, berisiko tertular kolera, dengan peningkatan kasus di Darfur dan penularan penyakit melintasi perbatasan ke Chad dan Sudan Selatan.
“Kementerian Kesehatan telah mencatat 83.000 kasus kolera dan 21.000 kematian terkait sejak wabah dimulai pada Juli 2024. Penyakit ini terus menyebar di seluruh negara bagian Sudan di tengah konflik yang sedang berlangsung dan infrastruktur yang runtuh,” kata laporan itu.
Situs web tersebut melaporkan bahwa 70% dari total kasus tercatat di Khartoum, Al-Jazirah, Al-Qadarif, dan Nil Putih, yang mencatat bahwa kurangnya investasi selama bertahun-tahun dan rusaknya pabrik air dan listrik serta fasilitas kesehatan telah membuat jutaan orang kehilangan akses terhadap air minum yang aman.
Perlu dicatat bahwa penyebaran kolera di Khartoum dan Sungai Nil Putih terkait dengan serangan pesawat tak berawak yang dilancarkan oleh Pasukan Dukungan Cepat terhadap pembangkit listrik, yang mengakibatkan penutupan stasiun air dan selanjutnya konsumsi air minum yang terkontaminasi oleh sebagian besar penduduk.
OCHA menyatakan bahwa negara-negara Darfur terus mencatat peningkatan signifikan dalam dugaan kasus kolera, karena konflik yang sedang berlangsung, ketidakamanan, dan menurunnya akses kemanusiaan membatasi penilaian dan pemberian layanan.
Sementara itu, UNICEF telah menyediakan air bersih bagi 2,5 juta orang di Darfur melalui klorinasi, transportasi, dan peningkatan kapasitas penyimpanan, dan sistem air di Khartoum dan Nil Putih sedang diperbaiki dan dilengkapi dengan energi surya.
Pada tanggal 16 bulan lalu, Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) memperingatkan mengenai krisis kolera yang makin memburuk di Sudan akibat kekurangan klorin yang digunakan untuk disinfeksi air, dengan mencatat bahwa persediaan saat ini tidak melebihi 12 persen dari kebutuhan minimum.
Organisasi tersebut menyatakan dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh surat kabar Sudan Tribune bahwa jumlah yang tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan 700.000 orang hanya dalam satu bulan, sementara situasinya membutuhkan 400 ton untuk melayani 9 juta orang di 188 wilayah.
Perang pecah di Sudan pada tanggal 15 April 2023, antara tentara yang dipimpin oleh Abdel Fattah al-Burhan dan Pasukan Dukungan Cepat yang dipimpin oleh Mohamed Hamdan Dagalo (Hemedti) di berbagai wilayah Sudan. Konflik ini berdampak pada layanan kesehatan dan kondisi kehidupan warga Sudan, terutama dengan memperburuk krisis pengungsian internal dan eksternal.
Pihak Arab, Afrika, dan internasional telah memediasi gencatan senjata, tetapi upaya ini gagal mencapai penghentian permusuhan secara permanen. [ran]