(IslamToday ID) – Israel dilaporkan sedang mencari jaminan tertulis dari Presiden AS Donald Trump bahwa mereka akan diizinkan untuk melanjutkan operasi militer di Gaza jika tuntutannya tidak dipenuhi, bahkan saat pembicaraan mengenai gencatan senjata 60 hari terus berlanjut.
Mengutip seorang anggota eselon politik, Saluran 14 Israel melaporkan bahwa proposal saat ini menyertakan surat tambahan dari Trump.
“Dokumen tersebut akan memberi Israel lampu hijau untuk melanjutkan serangan jika tuntutan kami terkait pelucutan senjata Hamas dan pengasingan para pemimpinnya tidak dipenuhi,” kata sumber tersebut, dikutip dari Middle East Eye (MEE), Sabtu (5/7/2025).
Israel akan mampu menafsirkan, mendefinisikan, dan membuat keputusan berdasarkan ketentuan-ketentuan ini, sambungnya.
Pada bulan Maret tahun ini, Israel memutuskan perjanjian gencatan senjata dan melanjutkan operasi militer. Namun, banyak analis saat itu mencatat bahwa Tel Aviv tidak ingin negosiasi berlanjut.
Perkembangan terakhir ini terjadi meskipun ada klaim optimisme publik dari pejabat Israel dan Trump.
Pada hari Selasa (1/7/2025), Presiden AS mengatakan Israel telah menerima persyaratan yang diperlukan untuk gencatan senjata selama 60 hari dan bahwa selama jeda ini, para pihak akan bekerja untuk mengakhiri perang.
“Qatar dan Mesir, yang telah bekerja sangat keras untuk membantu mewujudkan perdamaian, akan menyampaikan proposal akhir ini,” kata Trump kala itu.
Namun, laporan media Israel menunjukkan bahwa perundingan tersebut masih penuh ketegangan. Tantangan serius masih ada di balik layar, terutama mengenai apa yang akan terjadi setelah gencatan senjata.
Prajurit cadangan Israel, Amit Yagur, yang sebelumnya menjabat sebagai wakil kepala urusan Palestina di militer Israel, mengatakan kepada Channel 14 yang pro-Netanyahu bahwa dorongan Trump yang lebih luas untuk “Timur Tengah baru” meningkatkan tekanan pada para pelaku regional khususnya Qatar, tempat banyak pejabat senior Hamas bermarkas.
“Fokusnya harus pada Timur Tengah yang baru,” kata Yagur.
“Arsitektur regional baru yang sedang dibahas menciptakan tekanan di antara semua pihak. Kekuatannya terletak pada pembentukan realitas baru di lapangan, termasuk kesepakatan dan sejauh mana Hamas akan setuju.”
Dalam rapat kabinet pada Selasa malam, Netanyahu bersumpah bahwa kesepakatan apa pun akan menjamin penghancuran perlawanan Palestina.
“[Kita] harus membunuh siapa pun yang memegang senjata,” katanya.
Analis militer Amos Harel menulis di harian Israel Haaretz bahwa Netanyahu mungkin berpura-pura berkompromi dengan Washington, sementara memberi isyarat kepada Hamas bahwa tuntutan intinya tetap tidak berubah.
“Bagi Hamas, tuntutan paling penting adalah diakhirinya perang,” tulis Harel, seraya menambahkan kelompok itu menginginkan jaminan AS untuk mencegah Israel menyabotase fase kesepakatan selanjutnya.
Netanyahu, katanya, masih terjebak antara melakukan gencatan senjata dan mempertahankan dukungan dari sekutu koalisi sayap kanannya. [ran]