(IslamToday ID) – Mata uang kripto, teknologi berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), dan pusat-pusat pemrosesan data membentuk ulang lanskap energi global, kata CEO raksasa minyak Rusia Rosneft Igor Sechin seraya memperingatkan bahwa konsumsi energi dari inovasi-inovasi digital tersebut dapat segera menyaingi konsumsi energi dari keseluruhan sebuah negara.
Dalam kurun waktu kurang dari satu dekade, mata uang kripto telah berevolusi menjadi industri independen yang mengonsumsi sumber daya yang setara dengan ekonomi suatu negara, kata dia. Pada 2030, menurut Sechin, konsumsi listrik mata uang kripto diproyeksikan meningkat dua kali lipat menjadi 1.000 terawatt-jam, yang setara dengan konsumsi listrik Jepang saat ini.
Rusia mengadopsi undang-undang penambangan mata uang kripto tahun lalu. Berdasarkan ketentuan UU itu, badan hukum Rusia, pengusaha perorangan, dan warga negara berhak terlibat dalam penambangan.
Badan hukum dan pengusaha perorangan harus dimasukkan dalam daftar Layanan Pajak Federal untuk tujuan ini. Sementara itu, warga negara dapat terlibat dalam penambangan mata uang digital tanpa harus masuk dalam daftar tersebut selama tidak melebihi batas konsumsi energi yang ditetapkan oleh pemerintah.
Selain mata uang kripto, Sechin juga menjelaskan bahwa revolusi digital yang digerakkan oleh AI dan mahadata akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja, namun, keduanya membutuhkan masukan energi yang besar, serta investasi berskala besar dalam hal infrastruktur dan sumber daya manusia.
Menurut dia, industri energi global sedang menghadapi transformasi besar dan model konsumsi energi sedang berubah.
Mengutip data Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA), Sechin mengatakan bahwa pusat pemrosesan data yang dilengkapi dengan AI sangat boros energi. Sebagai contoh, satu pusat data 100 megawatt dapat menggunakan daya setara 100.000 rumah tangga.
Dengan permintaan yang kemungkinan akan meningkat puluhan kali lipat, dia memperkirakan bahwa pada masa depan, pusat pemrosesan data seperti itu akan memiliki dampak yang lebih signifikan terhadap permintaan listrik global dibandingkan dengan industri berat atau pemanas.
Selama 15 tahun terakhir, konsumsi listrik telah tumbuh dengan laju yang lebih cepat. Menurut proyeksi IEA, pembangkitan listrik global akan meningkat hampir dua kali lipat dalam 25 tahun ke depan.
Pada saat yang sama, negara-negara di kawasan Asia-Pasifik diperkirakan akan menjadi pendorong terbesar dari pertumbuhan ini, yang menyumbang 60 persen dari peningkatan konsumsi listrik global.
Industri energi global sedang mengalami transformasi besar, didorong oleh lonjakan konsumsi listrik yang cepat, yang akan semakin dipenuhi oleh campuran bahan bakar fosil dan sumber energi terbarukan, kata kepala Rosneft itu.
“Para pemimpin teknologi sedang menyusup ke dalam industri minyak dan gas. Selain itu, investasi ini dilakukan dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan dalam skala global,” kata Sechin.[sya]