(IslamToday ID) – Kabinet Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memilih untuk memperluas distribusi bantuan kemanusiaan di Gaza utara pada tanggal 5 Juli, di tengah pertentangan dari kelompok garis keras yang ingin memblokir bantuan ke Gaza sepenuhnya dan menentang kesepakatan gencatan senjata untuk mengakhiri perang.
Dikutip dari The Cradle, seorang pejabat Israel mengonfirmasi keputusan tersebut kepada The Times of Israel pada hari Ahad (6/7/2025), dia mengatakan, “Distribusi akan ditangani oleh PBB dan organisasi bantuan internasional.”
Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dari Partai Zionisme Religius dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir dari Partai Otzma Yehudit menolak perluasan bantuan selama pertemuan tersebut, sambungnya.
Keterangan itu diperkuat dengan unggahan Smotrich di X. Dia menulis bahwa keputusan untuk membiarkan lebih banyak bantuan masuk ke Gaza tidak dapat diterima.
Kedua menteri tersebut mengklaim bahwa kepala staf militer Israel, Letnan Jenderal Eyal Zamir, membahayakan tentara Israel dengan menggunakan mereka untuk mendistribusikan bantuan kepada orang-orang yang putus asa dan kelaparan. Smotrich dan Ben Gvir juga mengklaim Hamas menjarah bantuan.
“Mengapa [bantuan] didistribusikan dan tentara terancam?” Ben Gvir dikutip mengatakan hal tersebut selama pertemuan kabinet.
Menurut laporan, Zamir menjawab, “Jadi Anda ingin menghentikan distribusi?”
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dilaporkan bergabung dalam pertukaran tersebut, diam-diam mengakui bahwa warga Palestina sedang kelaparan di bawah blokade Israel yang sedang berlangsung.
“Mereka berlari karena kekurangan makanan. Ketika mereka mendapat banyak makanan, mereka tidak akan berlari seperti itu,” katanya kepada Smotrich.
Kantor Media Pemerintah Gaza mengumumkan pada tanggal 28 Juni bahwa sedikitnya 66 anak telah meninggal karena kelaparan sejak pengepungan Israel di Gaza dimulai, menghubungkan kematian tersebut dengan blokade Tel Aviv, penutupan penyeberangan, dan larangan susu formula bayi.
Netanyahu juga menuduh panglima militer Israel terlalu lambat mendirikan kompleks besar di selatan Gaza untuk memfasilitasi pemindahan warga sipil Palestina dari utara, menurut Channel 12.
Wakil Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP) Carl Skau mengatakan kepada The Times of Israel bahwa Israel mengizinkan badan tersebut membawa hanya 100 truk makanan sehari melalui Koridor Netzarim, yang membelah wilayah tersebut.
Skau mengatakan bahwa jika gencatan senjata ditetapkan di Gaza, WFP dapat dengan cepat memobilisasi untuk membawa 500-600 truk bantuan ke Gaza dalam waktu 24 jam.
Di Gaza bagian tengah dan selatan, Israel tidak mengizinkan PBB untuk mendistribusikan bantuan. Sebaliknya, AS dan Israel mendirikan Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang mematikan untuk mengawasi semua distribusi bantuan.
GHF mendistribusikan bantuan hanya di tiga titik yang dioperasikan oleh kontraktor keamanan swasta bersenjata. Lokasi tersebut berada di belakang garis tentara Israel dan jauh dari kamp tenda darurat tempat sebagian besar warga Palestina tinggal.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pada hari Sabtu bahwa sedikitnya 743 warga Palestina tewas dan lebih dari 4.891 lainnya terluka saat mencari makanan dari lokasi GHF.
Haaretz melaporkan pada tanggal 27 Juni bahwa tentara Israel menerima perintah langsung untuk menembaki warga Palestina yang tidak bersenjata dan putus asa yang mendekati lokasi tersebut.
Pada saat yang sama, Israel juga mempersenjatai milisi di Gaza yang dituduh menjarah bantuan.
Dalam wawancara hari Ahad dengan lembaga penyiaran publik Israel Makan, pemimpin milisi Yasser Abu Shabab menegaskan bahwa pasukannya bekerja sama dengan tentara Israel dan bahwa perang saudara di Gaza tidak dapat dikesampingkan.
Abu Shabab dituduh menjarah bantuan dan menjadi terkenal bulan lalu setelah Netanyahu mengatakan pemerintahnya telah mengaktifkan klan lokal yang kuat di Gaza atas saran pejabat keamanan. [ran]