(IslamToday ID) – China pada Senin (7/7) menepis ancaman tarif “tambahan” AS terhadap negara-negara yang “bersekutu” dengan BRICS, dengan mengatakan bahwa “tidak akan ada pemenang” dalam perang dagang tersebut.
“Kami percaya BRICS merupakan kekuatan yang baik di komunitas internasional dan tidak menargetkan pihak ketiga mana pun,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam konferensi pers yang disiarkan langsung di Beijing.
Di tengah pertemuan puncak para pemimpin blok BRICS yang sedang berlangsung di Brasil, Presiden AS Donald Trump pada Minggu (6/7) malam memperingatkan bahwa negara mana pun yang menyelaraskan dirinya dengan “kebijakan anti-Amerika” dari blok ekonomi BRICS akan menghadapi tarif tambahan sebesar 10 persen.
“Tidak akan ada pengecualian terhadap kebijakan ini,” tulisnya di platform Truth Social miliknya.
Namun, Mao mengatakan bahwa China “selalu menentang perang tarif dan perang dagang… Kami menentang penggunaan tarif sebagai alat untuk memaksa dan menekan pihak lain. Pemberlakuan tarif tidak menguntungkan kepentingan siapa pun.”
“BRICS merupakan platform penting bagi kerja sama antara pasar berkembang dan negara berkembang. BRICS menganjurkan inklusivitas dan kerja sama yang saling menguntungkan,” tambah Mao.
BRICS dibentuk pada 2009 oleh Brasil, Rusia, India, dan Cina, dengan Afrika Selatan bergabung pada 2010. Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, Ethiopia, Indonesia, dan Iran kemudian bergabung, sehingga kelompok tersebut berkembang menjadi 11 anggota, bersama 10 negara mitra strategis.
Aliansi tersebut bertujuan untuk menciptakan mekanisme keuangan alternatif, mengurangi ketergantungan dolar, dan meningkatkan representasi Selatan Global (negara-negara berkembang) di lembaga-lembaga internasional, serta menantang struktur pemerintahan yang dipimpin Barat.[sya]