(IslamToday ID) – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengabaikan ancaman miliarder teknologi Elon Musk untuk membentuk partai politik (parpol) ketiga di negara itu.
“Saya sedih melihat Elon Musk benar-benar ‘keluar jalur’, pada dasarnya menjadi KACAU selama lima pekan terakhir,” tulis Trump di media sosial pada Minggu (6/7) malam waktu setempat.
Trump merujuk pada ancaman Musk untuk membentuk parpol ketiga guna menyaingi Partai Demokrat dan Partai Republik. Presiden Trump menyebut ide tersebut “konyol”, seraya menambahkan bahwa hal itu akan menyebabkan kebingungan.
Perseteruan antara kedua miliarder ini dimulai pada awal Juni setelah Musk mengecam One Big Beautiful Bill, sebuah undang-undang (UU) penting Trump tentang paket pajak dan pembelanjaan besar-besaran yang ditandatangani presiden AS itu pada Jumat (4/7), bertepatan dengan Hari Kemerdekaan AS.
Musk mengecam UU itu, mengatakan bahwa UU tersebut dapat menambah triliunan dolar AS (1 dolar AS = Rp16.237) pada utang nasional.
“Hari ini, Partai Amerika dibentuk untuk mengembalikan kebebasan Anda,” kata Musk di media sosial.
Sebagai tanggapan, Trump mengunggah di media sosial bahwa partai ketiga “tidak pernah berhasil di Amerika Serikat.”
Lebih lanjut dia menambahkan, “Satu hal yang (partai ketiga) lakukan dengan baik adalah menciptakan GANGGUAN & KEKACAUAN yang Menyeluruh dan Total.”
Pengumuman Musk ini menyebabkan saham perusahaannya, Tesla, anjlok. Pada Senin (7/7), saham Tesla mengalami kerugian terbesar dalam sehari sejak 5 Juni.
Christopher Galdieri, seorang profesor ilmu politik di Saint Anselm College di Negara Bagian New Hampshire, AS timur laut, mengatakan kepada Xinhua, “Saat ini, Partai Republik memiliki margin yang tipis di kedua majelis Kongres. Jika Musk mendanai para penantang utama atau kandidat pemilu independen … hal itu bisa merugikan Partai Republik dalam pemilu paruh waktu tahun depan.”
“Membangun sebuah partai yang nyata, bukan proyek untuk menyombongkan diri, akan melibatkan pencarian dan pencalonan kandidat-kandidat yang kredibel untuk jabatan-jabatan di seluruh level, baik level yang glamor maupun yang tidak glamor, seperti dewan sekolah dan dewan kota,” ujar Galdieri.
Clay Ramsay, seorang peneliti di Pusat Kajian Internasional dan Keamanan di Universitas Maryland, mengatakan kepada Xinhua, “Hal-hal seperti ini telah dicoba belum lama ini … Masalahnya adalah parpol membutuhkan sebuah gagasan inti.”
“Upaya ini harus menarik warga berusia di bawah 45 tahun yang sudah menjadi politisi pada tingkat tertentu, dan yang memiliki bakat politik nyata,” lanjut Ramsay.
“Jika Musk hanya berkonsentrasi untuk menyingkirkan senator dan anggota Partai Republik tertentu, itu akan menjadi rencana yang sedikit lebih baik daripada mendirikan sebuah parpol baru,” tambahnya.
Darrell West, seorang senior fellow di Brookings Institution, mengatakan kepada Xinhua, “Ada banyak orang yang menginginkan pilihan selain kedua partai besar (Republik dan Demokrat). Masing-masing partai besar tersebut telah bergerak ke arah yang ekstrem dan tidak mewakili sebagian besar rakyat Amerika.”
“Dia (Musk) perlu mencari seseorang untuk memimpin partai yang dapat menarik lebih banyak orang,” kata West menambahkan.[sya]