(IslamToday ID) – Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan bahwa Prancis dan Inggris akan “menyelamatkan Eropa” dengan menjunjung tinggi demokrasi, hukum, dan ketertiban internasional di tengah dunia yang semakin berbahaya. Pernyataan ini ia sampaikan pada Selasa (8/7/2025) saat memulai kunjungan kenegaraan selama tiga hari ke Inggris atas undangan Raja Charles III.
Dalam pidatonya di hadapan anggota parlemen Inggris di Galeri Kerajaan, Macron mendesak Inggris untuk tetap menjalin kedekatan dengan negara-negara Eropa meski telah keluar dari Uni Eropa. Ia menegaskan bahwa Inggris dan Prancis mewakili “tatanan dunia berbasis hukum, keadilan, dan penghormatan atas integritas teritorial — tatanan yang kini terus diserang setiap hari.”
“Inggris dan Prancis harus kembali menunjukkan kepada dunia bahwa aliansi kita dapat membawa perubahan besar. Kita akan menyelamatkan Eropa melalui keteladanan dan solidaritas,” ujar Macron. Ia juga menekankan bahwa pertahanan, keamanan, dan demokrasi adalah elemen identitas Eropa yang saling terhubung, terlepas dari status keanggotaan Inggris di Uni Eropa.
Kemegahan dan Diplomasi
Macron dan istrinya, Brigitte, disambut dengan penuh kemegahan kerajaan yang kontras dengan hubungan dingin pada 2022, ketika Menteri Luar Negeri Inggris saat itu, Liz Truss, mempertanyakan status Macron sebagai “teman atau musuh.” Pasangan Macron disambut di Pangkalan Udara RAF Northolt oleh Pangeran William dan istrinya, Catherine, yang tampil elegan dengan gaun rancangan Christian Dior.
Setibanya di Kastil Windsor, yang berusia hampir 1.000 tahun, pasangan kenegaraan Prancis itu dijamu dalam prosesi kerajaan lengkap, termasuk iring-iringan kereta kuda melewati jalanan yang dihiasi bendera Union Jack dan Tricolore Prancis. Pada malam harinya, Raja Charles dan Ratu Camilla menggelar jamuan makan malam kenegaraan yang dihadiri 160 tamu, termasuk tokoh seperti Mick Jagger dan Elton John. Menu yang disajikan antara lain ayam asparagus, parfait blackcurrant dingin, serta koktail gin bernama L’entente, simbol kesepahaman historis kedua negara.
Dalam pidatonya, Raja Charles menekankan bahwa Inggris dan Prancis harus bersatu menghadapi “ancaman kompleks dari berbagai arah,” termasuk dukungan bersama terhadap Ukraina dan tantangan migrasi ilegal di Selat Inggris.
Diplomasi Migrasi dan Pertahanan
Agenda utama kunjungan ini berlangsung pada Rabu (9/7), ketika Macron bertemu Perdana Menteri Inggris Keir Starmer untuk membahas isu migrasi, pertahanan, dan investasi, termasuk partisipasi perusahaan energi Prancis, EDF, sebesar 12,5% dalam proyek PLTN baru di Inggris timur.
Macron juga membawa hadiah budaya berharga: kesepakatan untuk meminjamkan Tapestry Bayeux — permadani sepanjang 70 meter yang menggambarkan penaklukan Inggris oleh Norman tahun 1066 — untuk dipamerkan di British Museum mulai September 2026 hingga Juli 2027.
Dalam pertemuan puncak Inggris-Prancis pada Kamis (10/7), Macron dan Starmer akan membahas strategi pencegahan migrasi ilegal, termasuk proposal sistem “satu masuk, satu keluar”, di mana Prancis bersedia menerima kembali sebagian migran dari Inggris dengan imbalan Inggris menerima migran dari Prancis.
Selama 2024, sekitar 37.000 orang dilaporkan menyeberang ke Inggris menggunakan perahu kecil, dan lebih dari 20.000 migran berhasil menyeberang hanya dalam enam bulan pertama 2025 — meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Inggris telah menekan Prancis agar memperketat pengawasan, termasuk dengan taktik baru seperti menusuk perahu karet migran dengan pisau.
Macron menegaskan, “Prancis dan Inggris memiliki tanggung jawab bersama untuk menangani migrasi ilegal dengan semangat kemanusiaan, solidaritas, dan keadilan.”[sya]