JAKARTA, (IslamToday ID) – Anggota Komisi VI DPR RI, Rafli Kande mengusulkan ganja bisa
menjadi komoditas ekspor yang bagus
karena pengembangannya mudah di Aceh.
Politikus PKS dari daerah asal pemilihan
Aceh itu awalnya bicara soal koordinasi antara Kementerian Pertanian (Kementan)
dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) agar hasil pertanian daerah dijamin bisa
dipasarkan. Hal ini disampaikan Rafli saat rapat kerja dengan Menteri
Perdagangan Agus Suparmanto membahas perjanjian dagang ASEAN dengan Jepang, Kamis (30/1/2020).
“Saya mau bicara bagaimana ini ditata kembali. Kementan dan Kemendag
integrasikan secara konsep agar hasil pertanian itu harus ada jaminan bisa
dipasarkan. Perjanjian ini salah satu potensinya,” kata Rafli.
Salah satu yang dipaparkan Rafli dalam pernyataannya adalah ganja. Tanaman
ini, menurutnya bisa digunakan sebagai obat. Terlebih lagi
ganja bisa tumbuh mudah di Aceh.
“Misalnya, ganja ini. Entah untuk kebutuhan farmasi atau apa saja, jangan kaku lah kita harus dinamis.
Ganja ini tumbuhnya mudah di Aceh. Saya rasa ini ganja harus jadi komoditas
ekspor bagus,” katanya.
“Saya nanti siapkan lahannya segala macam,” lanjut Rafli.
Menurutnya, ganja tidaklah berbahaya. Ia menyebut lebih bahaya orang yang menggunakan sabu dibanding pengguna ganja. “Jadi ganja ini sudah konspirasi global. Dibuat ganja nomor satu bahayanya, padahal paling sewot orang itu bukan yang pakai ganja. Pakai sabu bunuh neneknya,
segala macam,” tegas Rafli.
Siapa sebenarnya Rafli Kande? Rafli lahir di Samadua, Aceh Selatan pada 1 Agustus 1967. Ia menyelesaikan pendidikan formal dan pendidikan diploma di Aceh. Rafli diketahui pernah menjadi guru dan kemudian terjun ke dunia seni musik sejak tahun 1988.
Sebagai musisi, Rafli akrab dengan berbagai jenis musik populer hingga
musik rock. Rafli juga kerap menjuarai
festival, salah satunya juara satu festival musik rock se-Aceh pada tahun 1991.
Rafli kemudian membentuk sebuah grup musik bernama KanDe yang
mengusung musik tradisional Aceh dengan sentuhan modern. Saat itu, grup
bentukan Rafli ini dikenal karena ciri khas lagu-lagunya yang sarat pesan
religius hingga sosial. Lagu-lagu karya KanDe ini pun banyak terinpirasi dari
konflik Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Karya-karya Rafli mendapatkan apresiasi yang baik di
masyarakat. Bahkan kepingan albumnya pernah terjual ratusan ribu. Lagunya juga
pernah dipakai dalam film “Hafalan Salat Delisa”.
Sementara, Jubir Presiden Fadjroel Rachman mengaku belum mengetahui maksud usulan ganja dijadikan komoditas ekspor oleh politikus PKS itu. “Saya belum mempelajari apa maksud dan tujuannya ataupun bagaimana kerangkanya,” ujarnya, Jumat (31/1/2020).
Fadjroel memilih enggan berpolemik soal usul PKS. Sebab, ia belum mempelajarinya secara utuh. “Saya tidak ingin, kami tidak ingin memberikan pendapat langsung sebelum mencoba mempelajarinya secara lebih,” ucapnya.
Sedangkan PKB langsung menolak usulan Rafli yang melegalkan ganja untuk komoditas ekspor. PKB menilai Indonesia ini bak surga yang punya bahan-bahan bagus untuk diekspor.
“Tentu ndak boleh ya (ekspor ganja). Di samping barang (ganja) tidak baik, sebetulnya kita masih bisa untuk meningkatkan ekspor di bidang lain yang tidak jadi kontroversi atau tidak jadi masalah. Banyak komoditas kita yang bisa kita ekspor, tergantung bagaimana kementerian untuk secara kreatif meningkatkan komoditas ekspor yang kita punya. Banyak banget, bukan kita impor melulu gitu,” ungkap anggota Komisi VI DPR Fraksi PKB, Marwan Jafar.
“Kekayaan kita ini luar biasa kok, kayak surga. Masa nggak bisa meningkatkan ekspor kita, meningkatkan komoditi ekspor kita,” tambahnya.
Marwan sangat menolak usulan itu dan meminta pemerintah mengabaikannya saja. Sekali lagi, ia menegaskan rempah-rempah Indonesia melimpah jenisnya dan itu bisa dimanfaatkan untuk komoditas ekspor. (wip)
Sumber: Detik.com, CNNIndonesia.com