(IslamToday ID) – Analis politik Ujang Komarudin menilai regenerasi kepemimpinan di PDIP belum akan terjadi mengingat rekomendasi di Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V masih menginginkan Megawati Soekarnoputri tetap menjadi ketua umum.
Ujang mengatakan rekomendasi di Rakernas V PDIP menunjukkan singgungan Megawati kepada Puan Maharani agar bertukar posisi menjadi ketua umum belum diamini mayoritas kader.
“Kader di bawah belum move on. Tampaknya belum siap dipimpin oleh yang namanya Puan,” katanya dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (28/5/2024).
Menurut dosen ilmu politik Universitas Al-Azhar Indonesia itu, alasan kader tetap mengamanatkan Megawati menjadi Ketua Umum PDIP adalah karena pencapaian di tiga kali pelaksanaan pemilihan legislatif (Pileg).
“Karena Megawati ini pemersatu kader yang mampu menjaga PDIP tetap eksis dan konsisten dalam perpolitikan nasional, bahkan menang hattrick tiga kali di Pileg, walaupun di Pilpresnya kalah (di 2024 ini),” sambung Ujang.
Sementara, komunikolog politik dan hukum nasional Tamil Selvan mengatakan pernyataan Megawati soal “gantian jadi ketua umum” diyakini untuk melihat respons elite, pimpinan daerah, kader, hingga akar rumput. Menurutnya, apa yang disampaikan Megawati itu sesungguhnya adalah simbol politik.
“Kita tahu PDIP memiliki nilai khusus, karena dipimpin trah Soekarno. Megawati tentu berpikir, bahwa regenerasi adalah keniscayaan yang harus terjadi, dalam hal ini kursi ketua umum,” kata Kang Tamil, sapaan akrabnya.
Menurutnya, menjadi kekuatan tersendiri saat pengganti Megawati juga berasal dari trahnya Soekarno. Untuk itu perlu dikaji, apakah orang yang akan menggantikan dapat diterima seluruh unsur di partai atau sebaliknya.
“Kalau saya lihat, Munas (Kongres) PDIP akan dilaksanakan April 2025, candaan Megawati kemarin itu dalam politik disebut sebagai test the water atau cek ombak. Dengan menyebutkan nama Puan Maharani, Mega ingin tahu bagaimana respons elite, kader di tingkat pimpinan daerah, serta akar rumput,” jelas Kang Tamil.
Akademisi Universitas Dian Nusantara itu melihat Megawati sangat berhati-hati memberikan tongkat estafet kepemimpinan kepada siapapun penerusnya.
“Kenapa? Di satu sisi, kekuatan utama PDIP tercipta lewat perjalanan politik dengan Jokowi, yang hari ini rontok. Itu kekalahan PDIP di Pilpres 2024. Nah, tentu Megawati tidak ingin sembrono, tak mau langkahnya membawa kerontokan lagi. Itu yang membuat dia berhati-hati. Makanya perlu cek ombak,” urai Kang Tamil.
Apa yang disampaikan Megawati merupakan sebuah keniscayaan, bahwa kursi ketua umum PDIP sudah diniatkan untuk diestafetkan kepada Puan.
“Tapi apakah itu mendapatkan dukungan dari elite, pimpinan daerah, kader dan pemilih PDIP, itu yang sedang dilihat, kemudian jadi bahan pertimbangan utama,” pungkas Kang Tamil. [wip]