(IslamToday ID) – Aktivis yang tergabung dalam Global Climate Strike atau Jeda Iklim Global, melakukan unjuk rasa, menuntut agar isu perubahan iklim menjadi agenda utama pembahasan pemerintahan kedepan.
Namun disayangkan, saat para massa aksi sedang menyuarakan tentang darurat iklim tersebut, mereka justru mendapatkan gangguan dari segerombolan orang yang diduga preman.
Dikutip dari akun Instagram @storyrakyat_, para preman tersebut, datang dari dua arah yang berbeda, lalu, melakukan intimidasi terhadap peserta aksi Global Climate Strike yang berada di kawasan Taman Menteng, Jakarta, Jumat (27/9/2024).
“Sekitar pukul 13.30 WIB, mereka meneriakkan ‘bubar’ secara berulang-ulang dan merampas sejumlah properti aksi, seperti patung manekin, poster, dan dua unit pengeras suara (toa),” tulis akun tersebut.
Para preman merampas sejumlah properti aksi di hadapan aparat kepolisian yang bertugas menjaga. Namun, massa aksi menyebut, polisi justru terdiam dan hanya menyaksikan tindakan para preman tanpa berupaya menghentikannya.
Para massa aksi pun mempertanyakan, apa gunanya pemberitahuan aksi ke pihak kepolisian, apabila para polisi tidak bisa menjamin keamanan peserta aksi.
“Seharusnya, keberadaan polisi bertujuan untuk melindungi hak-hak masyarakat dalam menyuarakan pendapatnya, bukan sekadar menjadi penonton,” lanjut akun itu.
Menurut massa aksi, hal ini menambah catatan panjang masyarakat sipil yang mengalami pembiaran terhadap kekerasan yang mengancam keamanan. Mereka menduga, negara mengutus ‘kaki tangan’ berupa preman pada aksi Global Climate Strike.
“Ruang sipil kini diintervensi dan dimanipulasi dengan skenario pembenturan antar-masyarakat yang menimbulkan konflik horizontal.” jelas akun itu. [amp]