(IslamToday ID) – Direktur Utama Energy Shift Institute Putra Adhiguna, menanggapi rencana Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni, yang menyebut akan membuka 20 juta hektare hutan, untuk mendukung program Kementerian Pertanian & Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), yang akan dimanfaatkan untuk cadangan atau swasembada pangan, energi dan air.
“Swasembada energi pada dasarnya baik, tapi tidak ‘at any cost‘ (dengan cara apapun) dan harus mempertimbangkan biaya tinggi, serta imbas lingkungan lainnya. Biodiesel, saat ini memerlukan topangan subsidi 25-50 triliun per tahun, karena biofuel memang mahal,” tutur Putra dalam keterangannya kepada IslamToday ID, Kamis (2/1/2024).
Ia mengungkapkan, penggunaan energi-energi mahal juga akan menyeret ekonomi Indonesia, dan dampaknya Indonesia tidak akan bisa bersaing dengan pasar dunia, karena biaya produksi yang mahal.
Menurutnya, rencana Menhut untuk membuka 20 juta hektare, bukanlah keputusan yang tepat. Apalagi, jika hutan yang dibuka tersebut, dipergunakan untuk menanam pohon sawit kembali.
“Tahun lalu, penggunaan sawit untuk biodiesel sudah melebihi konsumsi pangan domestik dan harus berhati-hati, karena akan bisa membuat (harga) pangan menjadi lebih mahal,” jelasnya.
Putra menuturkan, salah satu langkah tepat yang seharusnya dilakukan pemerintah, untuk meningkatkan cadangan pangan, energi dan air adalah dengan lebih serius beralih ke kendaraan listrik untuk menekan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM).
“Juga perlu usaha lebih, meningkatkan produktivitas lahan sawit yang sudah ada. Saat ini, dana BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) hanya sedikit yang dialokasikan untuk fungsi tersebut, sebagian besarnya untuk dibakar menjadi subsidi biodiesel,” ungkap Direktur Utama Energy Shift Institute itu.
Sebelumnya, Menhut Raja Juli Antoni, memperkirakan ada potensi sekitar 1,1 juta hektare lahan yang bisa menghasilkan hingga 3,5 juta ton beras per tahun. Jumlah ini setara dengan total impor beras Indonesia pada 2023.
Selain itu, pemerintah juga berencana menanam pohon aren sebagai sumber bioetanol. Diperkirakan, satu hektare aren mampu menghasilkan 24 ribu kiloliter bioetanol, jika menanam 1,5 juta hektare aren, bisa menghasilkan 24 juta kiloliter bioetanol, yang dapat menggantikan impor BBM sebesar 26 juta kiloliter.
Menhut mengatakan, konsep ini akan mendukung ketahanan pangan nasional dengan memperluas food estate hingga ke tingkat desa.
Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) itu mengaku, membicarakan secara informal dengan Presiden Prabowo Subianto serta Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono. Dia menyebut, salah satu fokus utama adalah budidaya padi gogo, yaitu padi yang dapat tumbuh di lahan kering.
Meskipun, tugas utama swasembada pangan dan energi, tetap berada di Kementerian Pertanian dan ESDM, Kementerian Kehutanan akan berperan sebagai penyedia lahan untuk program tersebut.[nnh]