(IslamToday ID) – Ubedilah Badrun, akademisi yang dikenal kritis dan pernah melaporkan dugaan KKN dan TPPU keluarga mantan Presiden Jokowi ke KPK, dicopot dari jabatannya sebagai Koordinator Program Studi.
Ubed, sapaan akrabnya, merupakan akademisi Sosiologi Politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dicopot dari jabatan Koordinator Program Studi (Kepala Departemen) Pendidikan Sosiologi UNJ oleh Rektor UNJ. Pencopotan dilakukan sebelum waktunya karena jabatan itu seharusnya diemban Ubed hingga 2027.
“Iya, saya sudah tidak lagi menjabat sejak 24 Januari 2025. Posisinya telah digantikan oleh Plt (pelaksana tugas). Masa jabatan saya menurut SK Rektor No 1995/UN39/HK.02/2023 adalah untuk periode 2023-2027. Tetapi diberhentikan pada 25 Januari 2025 . Tidak apa-apa, itu otoritas rektor, mungkin punya maksud baik, saya tidak tahu apa alasanya,” kata Ubed, dikutip dari RMOL, Jumat (31/1/2025).
Informasi yang dapat diperoleh dari media sosial UNJ, terlihat bahwa pemberhentian atau pengangkatan tersebut terjadi seiring perubahan UNJ menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH) yang memberikan otoritas penuh rektor dalam menentukan dan mengangkat siapapun pejabat di lingkungan UNJ dengan syarat yang telah ditentukan sebelumnya.
Situasi tersebut berbeda dengan ketika universitas masih berstatus Satuan Kerja (Satker) atau saat masih berstatus Badan Layanan Umum (BLU), pengangkatan Kepala Departemen atau Koordinator Program Studi dimulai dari aspirasi musyawarah dosen di tingkat program studi, diajukan ke dekan lalu diputuskan rektor.
Sejak PTNBH, tidak ada lagi musyawarah program studi untuk menentukan siapa koordinator program studinya.
“Memang benar sejak menjadi PTNBH, otoritas rektor begitu power full. Melalui Peraturan Rektor No 1/2025 rektor UNJ memiliki otoritas penuh, dekan bisa mengajukan tetapi rektorlah yang memutuskan,” ujarnya.
“Menurut Pasal 6 Peraturan Rektor tersebut disebutkan bahwa pengangkatan kepala departemen atau koordinator program studi bersifat penugasan oleh rektor. Proses semacam ini sesungguhnya rawan nepotisme, rawan like and dislike dan sekaligus rawan pembungkaman,” lanjut Ubed. [wip]