(IslamToday ID) – Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait, mengungkapkan akan bertemu dengan bos Lippo Group, James Riady, pada Rabu (23/4/2025) pukul 15.00 WIB di Wisma Mandiri, Jakarta.
Pertemuan tersebut direncanakan untuk membahas penyelesaian polemik proyek Meikarta.
Maruarar menyebutkan, bahwa komunikasi antara dirinya dan James Riady selama sepekan terakhir cukup intensif.
“Mungkin tiga kali ada, selama seminggu ini, berbicara sama James di telepon dan WhatsApp,” ujar Ara sapaan akrabnya di Wisma Mandiri, Selasa (22/4/2025).
Maruarar Tekankan Pentingnya Jaga Nama Baik
Dalam komunikasi tersebut, Maruarar menekankan pentingnya menjaga nama baik dan menyelesaikan masalah secara terbuka.
“Saya bilang ke Pak James, Pak James kan pengusaha besar, pasti reputasi, nama baik itu penting. Dan saya yakin Pak James ingin meninggalkan dan mempertaruhkan nama baik itu,” ungkapnya.
Ia menambahkan, bahwa James Riady menyambut baik ajakan dialog dan berkomitmen mencari solusi.
“Kita cari solusi, bukan cari polemiknya, ya kita cari solusi, saya yakin bisa,” tutur Menteri PKP.
Pembahasan Masih Tataran Prinsip
Ihwal komitmen teknis dari pihak Lippo, Maruarar menyebut pembahasan masih pada tataran prinsip.
“Tentu saya belum bicara sampai ke teknis, tapi yang prinsip-prinsip ya. Bagaimana kalau ada masalah jangan dibiarkan, harus diselesaikan secara terbuka, transparan,” sambungnya.
Ia pun menyatakan, bahwa posisi pemerintah adalah menjadi pendengar dan penengah yang adil bagi semua pihak, baik pengembang, konsumen, maupun media.
“Pemerintah itu kan harus adil. Masalah-masalah sekian lama dibiarin aja. Malu dong jadi menteri. Terus kayak nggak ada masalah, gitu,” jelas Maruarar.
Dalam pertemuan nanti, ia juga membuka kemungkinan mempertemukan korban Meikarta secara langsung dengan James Riady.
“Ya, kita duduk bareng dong. Kita sama-sama guyup, ya. Malah saya nanti kalau boleh mulai dengan doa. Doa bisa menyelesaikan banyak masalah,” kata dia.
Maruarar juga menekankan, pentingnya menegakkan aturan dan kejelasan posisi negara dalam kasus ini.
“Jadi positioning itu penting. Positioning misalnya adalah menegakkan aturan dan mencari solusi,” tutup Ara.[nnh]