(IslamToday ID) – Kepala Bidang Advokasi Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Iman Zanatul Haeri, menilai fenomena banyaknya anak-anak tingkat SD dan SMP di sejumlah daerah, seperti Jawa Barat dan Bali, yang belum bisa membaca, harus menjadi perhatian nasional.
“Fenomena anak-anak tingkat SD SMP di Jawa Barat, di Bali, dan daerah lainnya yang belum bisa membaca itu kami kira akan menjadi fenomena nasional. Mungkin daerah-daerah lain belum memperlihatkan saja,” ujar Iman dalam keterangannya kepada IslamToday ID via pesan suara, Senin (28/4/2025).
Masalah Mendasar Pendidikan Indonesia
Ia menilai, masalah ini terjadi karena pendidikan dasar masih memiliki persoalan mendasar yang belum berhasil diperbaiki
Ia menyinggung, hasil tes PISA (Programme for International Student Assessment) yang menunjukkan penurunan skor literasi Indonesia sejak tahun 2006.
“Ancaman buta aksara itu nyata. Kalau dulu kita ingin mengentaskan buta huruf itu berhasil, tapi sekarang sepertinya kita mundur lagi. Pemerintah harus melakukan kebijakan yang sangat ekstrim karena ini sudah berbahaya sekali,” ungkapnya.
Langkah Konkret untuk Perbaikan Masalah Pendidikan
Iman mengungkapkan, langkah konkret yang perlu segera dilakukan pemerintah adalah meningkatkan kualitas guru.
Kemudian, melakukan intervensi aktif agar anak-anak membaca tidak hanya di sekolah, tetapi juga di rumah dan lingkungan sekitar.
“Untuk pemerintah, tugas rutinnya adalah meningkatkan kualitas pembelajaran dengan cara meningkatkan kualitas gurunya. Dan mulai melakukan intervensi agar anak-anak membaca di sekolah, di rumah, dan di lingkungan lainnya,” kata dia.
Pemerintah Harus Perkuat Program Pembelajaran Guru
Ia juga mendorong, agar program pembelajaran untuk guru terus diperkuat, salah satunya dengan mendukung kebijakan pemerintah soal program “guru belajar” minimal satu kali dalam sepekan.
“Kami apresiasi kebijakan guru belajar minimal satu kali satu pekan. Karena selama ini guru tidak bisa belajar akibat tuntutan administrasi dan jam kerja yang terlalu padat,” tambahnya.
Selain itu, peran orang tua juga dinilai sangat penting. Iman mengingatkan, perlunya kolaborasi lintas sektor, termasuk dari Kemensos, untuk menyediakan akses literatur di lingkungan masyarakat seperti posyandu, RT, dan RW.
“Tantangan terbesar adalah orang tua yang sibuk bekerja. Harus ada panduan untuk meningkatkan literasi anak di rumah seminimal mungkin,” terang Iman.
Iman pun menyoroti, pentingnya memperhatikan dunia digital yang kini menjadi lingkungan keempat anak-anak, selain rumah, sekolah, dan masyarakat.
Untuk itu, ia mendukung upaya Komdigi (Kementerian Komunikasi dan Digital) membuat panduan digital, tetapi meminta kerja sama lintas kementerian dan organisasi profesi guru.
“Kalau dulu Ki Hajar Dewantara hanya berbicara tiga lingkungan, sekarang ada empat: rumah, sekolah, masyarakat, dan dunia digital. Ini harus segera diatasi sebelum anak-anak kita bisa main sosial media, tapi tidak bisa membaca dan menulis. Itu sangat ironis,” pungkasnya.[nnh]