(IslamToday ID) – Rencana penulisan ulang sejarah Indonesia kian matang. Ada sejumlah perubahan sejarah yang kini tengah digodok, salah satunya adalah soal Indonesia yang disebut pernah dijajah selama 350 tahun.
Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon mengatakan perubahan soal “dijajah 350 tahun” ini akan menonjolkan upaya perlawanan Indonesia di banyak daerah terhadap kolonialisme Belanda dan Jepang.
“Di Aceh, di Sumatera Utara, Sumatera Barat, perang Jawa Diponegoro itu. Ada yang perlawanannya 200 tahun, ada yang perlawanannya puluhan. Jadi kita ubah bukan sejarah kita dijajahnya, tapi perlawanannya yang harus kita tonjolkan,” kata Fadli, Rabu (7/5/2025) malam.
Ia menjelaskan perubahan sejarah penjajahan Indonesia itu juga dilakukan untuk mengubah pola pikir masyarakat yang mempercayai Indonesia dijajah 350 tahun. Ia menilai penjajahan selama 350 tahun itu tidak sepenuhnya benar, lantaran perlawanan terhadap kolonialisme terus dilakukan oleh bangsa Indonesia selama 3,5 abad itu.
“Termasuk saya katakan soal 350 tahun dijajah itu, menurut saya harus diubah mindset itu. Enggak ada 350 tahun Indonesia dijajah itu. Kita itu melakukan perlawanan terhadap para penjajah itu,” jelasnya, dikutip dari CNNIndonesia.
Lebih lanjut, Fadli menjelaskan penulisan ulang sejarah Indonesia ini dilakukan sesuai dengan semangat Presiden pertama RI Soekarno yang mengatakan jangan melupakan sejarah.
Ia pun menyinggung penulisan ulang sejarah ini untuk memperkenalkan sejarah Indonesia kepada masyarakat yang masih belum paham. “Jadi kita harus gencarkan sejarah. Dari mulai era pra sejarah, proto sejarah, sampai sejarah modern, itu harus kita ini (kenalkan),” ujar Fadli.
“Kenapa sih, justru yang perlu ditanya kenapa takut dengan sejarah? Sejarah itu adalah bagian dari masa lalu kita. Kalau kita ingin tahu hari ini kita harus melihat masa lalu,” sambungnya.
Fadli menambahkan, penulisan ulang sejarah ini ditargetkan rampung sebelum 17 Agustus 2025 ketika usia kemerdekaan Indonesia menginjak 80 tahun.
Untuk penulisan ulang sejarah Indonesia itu, Guru Besar UI Susanto Zuhdi ditunjuk menjadi ketua tim penulisan dengan beranggotakan 100 sejarawan dari berbagai perguruan tinggi. [wip]