(IslamToday ID) — Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi menyoroti kebiasaan mengkhawatirkan yang terjadi di kalangan pelajar tingkat SMP dan SMA sederajat di wilayahnya. Ia mengungkapkan, anak-anak di Jabar tidur pada pukul 4 pagi karena bermain game online, yang berdampak pada ketidakhadiran mereka di sekolah.
“Yang terjadi pada anak-anak di Jawa Barat itu pola hidupnya adalah mereka rata-rata tidurnya jam 4 pagi. Karena waktu mereka dihabiskan untuk main game online, kemudian berdampak pada mereka jadi tidak bersekolah,” ucap Dedi Mulyadi saat Jumpa Pers usai bertemu Menteri Hak Asasi Manusia (MenHAM) di Kantor Kementarian HAM, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (8/5/2025).
KDM menambahkan, selain berdampak tidak bersekolah, mereka sering terorganisir secara sistemik melalui kekuatan media sosial dan terlibat dalam aksi kekerasan jalanan yang berujung pada luka-luka hingga kehilangan nyawa.
Lebih jauh, Gubernur Jabar itu juga mengungkapkan kekhawatiran akan akses anak-anak terhadap minuman keras dan obat-obatan terlarang yang mudah dibeli dengan harga di bawah Rp10 ribu. Obat-obatan seperti eksimer dan sejenisnya tidak layak dikonsumsi dari sisi kesehatan.
“Ada banyak problem yang harus segera diselesaikan. Nah problem itu ternyata tidak bisa diselesaikan di internal sekolah melalui pendekatan pendidikan konseling saja,” kata Dedi.
Solusi Pendidikan di Barak Militer
Sebagai solusi jangka pendek, kata Dedi, Pemerintah Provinsi Jawa Barat menggandeng TNI untuk menerapkan program pendidikan karakter dan kedisiplinan di barak militer. Program ini menekankan perubahan pola hidup.
“Metodologi pendidikannya, yang pertama adalah pembangunan kualitas disiplin. Yaitu, melepas HP. Dua, melepas tradisi bermotor. Tiga, melepas minuman keras. Empat, melepas obat-obatan terlarang. Kelima, melepas konsumsi-konsumsi zat adiktif lainnya yang merusak saraf dan pikirannya,” jelas KDM.
Kemudian, lanjut dia, membangun pola tidur siswa maksimal jam 10 malam, supaya bisa bangun jam 4 pagi. Lalu mandi shalat Shubuh bagi yang beragama Islam, membereskan ruang tempat tidurnya. Masuk ke mesjid dan kemudian mendapat bimbingan rohani dari Kiai yang akan membimbing konseling siswa pendidik tersebut.
Bukan Progam Yang Melanggar Hak Anak
Dedi Mulyadi menuturkan, program ini menurutnya bukan bentuk pelanggaran hak anak, melainkan upaya menyelamatkan generasi muda yang sudah kehilangan arah dan tidak lagi terjangkau oleh sistem pendidikan formal dan keluarga.
“Dengan barak ini mereka jadi belajar. Mereka jadi ada gurunya, kenapa? Karena selama ini mereka bolos. Mereka tidak pernah belajar. Bangunnya rata-rata jam 10 siang,” ungkap Dedi.
Lebih lanjut, Dedi menegaskan, kebijakan ini merupakan bagian dari strategi besar Pemprov Jabar menyongsong Indonesia Emas 2045, memastikan generasi muda tumbuh dengan mental, karakter, disiplin, dan tanggung jawab kuat.
“Inilah barangkali langkah yang dilakukan oleh kami Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan pemerintah kebupaten kota di seluruh Jawa Barat sebagai bagian upaya kami untuk menyongsong generasi Indonesia emas tahun 2045,” pungkas Gubernur Jabar itu. [nfl]