(IslamToday ID) – Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid, menyatakan bahwa pemulihan kondisi demokrasi di Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan elite atau menanti perubahan dari atas.
Ia menyebut, bahwa sejarah selalu mencatat pemuda sebagai aktor utama perubahan.
“Saya mengatakan, dalam sejarah, selalu gerakan pemuda yang akan menentukan sebuah negeri, sebuah bangsa, sebuah negara, akan maju atau mundur,” ujar Usman dalam diskusi publik di Universitas Katolik Atmajaya, Jakarta, Rabu (14/5/2025).
Ia Mengutip pemikiran Ben Anderson, bahwa pentingnya sensitivitas pemuda terhadap penderitaan rakyat sebagai penggerak utama perjuangan.
Usman mencontohkan, bagaimana pemuda tanpa akses pendidikan tinggi pun mampu bergerak melawan penjajahan Jepang karena rasa empati yang kuat.
“Mereka belum punya (akses pendidikan), belum ada kampus di masa itu. Tapi mereka tergerak karena kepekaan mereka pada penderitaan rakyat. Nah itu yang saya kira harus dibangun,” jelasnya.
Usman juga memaparkan, refleksi sejarah dari buku Opposing Suharto karya Edward Aspinall.
Yakni, yang mengungkap bahwa kejatuhan Presiden Soeharto dimungkinkan setelah mahasiswa bersatu dengan kelompok intelektual, organisasi masyarakat sipil, dan partai politik oposisi.
“Perubahan itu harus diperebutkan, harus diperjuangkan. Sama seperti hak asasi manusia, ia bukan hadiah, bukan diberikan oleh negara, ini adalah sesuatu yang kita perjuangkan,” kata dia.
Ia pun mengingatkan, tanpa keberanian untuk bergerak dan membangun koalisi perubahan, kondisi demokrasi akan terus stagnan bahkan mundur.
“Tidak akan ada hak asasi manusia, kalau tidak ada para korban yang memperjuangkan. Dan itu biasa digerakkan oleh kelompok-kelompok pemuda. Jadi Anda lah yang sebenarnya bisa memulihkan keadaan sekarang ini,” pungkas Usman.[nnh]