(IslamToday ID) — Kepala Bidang Advokasi Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), Iman Zanatul Haeri, menekankan bahwa momen Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap 20 Mei, harus menjadi refleksi serius terhadap kondisi pendidikan di Indonesia saat ini.
Ia menyoroti, bahwa pendidikan merupakan fondasi awal dari lahirnya pergerakan nasional, bukan sekadar aspek pendukung.
“Hari Kebangkitan Nasional itu sendiri kan diperingati tanggal 20 Mei, merupakan hari kelahiran Budi Utomo yaitu organisasi pergerakan nasional pertama di Indonesia. Namun yang banyak dilupakan bahwa pergerakan nasional di Indonesia diawali oleh pendidikan,” ujar Iman kepada IslamToday ID via pesan suara, Selasa (20/5/2025) malam.
Menurut Iman, refleksi kebangkitan seharusnya mengajak publik untuk mengevaluasi kesejahteraan guru.
Kemudian, mutu pendidikan, serta capaian siswa di masa kini dibandingkan masa pergerakan dulu.
“Kalau kita perhatikan misalkan dari kesejahteraan guru, apakah dulu di zaman kolonial guru sejahtera, dan apakah sekarang jauh lebih sejahtera? Itu juga harus dipertanyakan. Apakah kita sudah cukup bangkit dari kolonialisme di era penjajahan menuju pendidikan yang lebih baik?” ungkapnya.
Ia menilai, bahwa semangat optimisme tetap dibutuhkan, namun harus diiringi dengan sikap kritis dan berbasis data.
“Kita akan optimis, tapi kita tetap harus kritis dan tidak boleh melupakan bahwa pendidikan adalah proses terencana, dan itu yang mengawali kebangkitan nasional di Indonesia,” tambah Iman.
Iman menambahkan, masalah kesejahteraan guru yang masih belum tuntas, berdampak besar pada kualitas pembelajaran di sekolah dan prestasi akademik siswa.
Hal ini, lanjutnya, menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah dan seluruh elemen bangsa.
“Mutu guru akan mempengaruhi kualitas pembelajaran dan capaian siswa kita. Ini PR besar dalam masa depan pendidikan kita dan juga sebagai refleksi Hari Kebangkitan Nasional,” pungkasnya.[nnh]