(IslamToday ID) – Pameran foto Guntur Soekarno yang bertajuk “Gelegar Foto Nusantara (GFN) 2025: Potret Sejarah dan Kehidupan” akan dibuka oleh Presiden kelima Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri pada Sabtu, (7/6/2025) siang, di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat.
Cucu mas Tok, Rakyan Ratri Syandria Sari Mardikawati Guntur Soekarnoputri Kameron atau dipanggil Syandria, mengatakan bahwa asal mula bakatnya berasal dari Akung (Guntur Soekarno).
“Akung selalu mengajak untuk berkeliling ke toko alat tulis untuk melihat-lihat perlengkapan melukis. Semangat dan kecintaan saya terhadap seni lukis diturunkan oleh Akung,” tuturnya dalam keterangan tertulis yang diterima IslamToday ID, Jumat (6/6/2025).
GFN 2025 Jadi Pameran Foto Kedua Guntur Soekarno
Diketahui, acara tersebut akan menjadi pameran foto yang kedua yang pernah digelar mas Tok, panggilan akrab Guntur Soekarno pada November 1994, di tempat yang sama ketika masih bernama Gedung Pameran Seni Rupa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud), Jakarta.
Hal itu terungkap dalam keterangan pers yang digelar mas Tok pada Senin, 2 Juni 2025 di Ruang Teater Galeri Nasional Indonesia. Keterangan pers dihadiri juga oleh kurator foto Arbain Rambey, bersama fotografer senior Darwis Triadi dan Firman Ikhsan.
Salah satu fotografer senior lainnya adalah Andi Kusnadi tidak bisa hadir karena berada di Semarang, Jawa tengah. Hadir pula cucu mas Tok, Syandria.
Syandria juga mengenalkan sejumlah lukisannya yang telah dibuatnya selama Covid-19 beberapa tahun lalu, dan ikut dipamerkan bersama kakeknya dalam GFN 2025 nanti.
Sementara itu, pengunjung “Gelegar Foto Nusantara (GFN) 2025: Potret Sejarah dan Kehidupan” tidak dikenakan biaya tiket untuk melihat karya foto putra sulung Bung Karno ini.
Bagi pengunjung yang merindukan sosok Bung Karno Proklamator bangsa bersama Bung Hatta, dan penggali Pancasila 1 Juni 1945, akan menemukan momentumnya di pameran foto tersebut.
GFN 2025 digelar, bekerjasama dengan Kementerian Kebudayaan melalui Museum dan Cagar Budaya Unit Galeri Nasional Indonesia selama “Bulan Bung Karno” pada 7-13 Juni 2025.
Sebagai informasi, sejumlah tamu undangan akan hadir saat pembukaan acara GFN 2025, di antaranya keluarga Bung Hatta, sahabat-sahabat keluarga Bung Karno, relasi dan sejumlah pejabat lainnya.
Sedangkan, saat penutupan GFN 2025, pada Jumat, 13 Juni 2025, Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon beserta tamu lainnya dijadwalkan akan hadir.
Pameran foto kali ini bertujuan untuk menunjukkan karya keindahan, kedalaman perspektif dan ekspresi mas Tok.
Selain mendokumentasikan perjalanan sejarah, mulai dari tokoh-tokoh dan peristiwa penting sosial, politik, ekonomi dan budaya, juga keindahan alam Indonesia, juga kehidupan keluarga dan pribadinya, dari berbagai sudut pandang fotografi.
Foto dan Kamera
Sekitar 550 foto yang dibuat mas Tok sejak tahun 1956- 2025 atau selama 69 tahun akan dipamerkan dalam pameran ini.
Foto-foto ini dibuat dengan 10 alat foto yang pernah dimilikinya, baik analog maupun digital telah dihasilkan.
Waktu itu, karya foto dibuat Mas Tok sejak duduk di kelas enam Sekolah Rakyat (SR), dan diajak ayahnya Ir Presiden Soekarno, mengikuti kunjungan kenegaraan ke Amerika dan Eropa hampir satu bulan lamanya.
Lewat kameranya yang berganti-ganti sejak hadiah naik kelas 6 SR pada tahun 1956, yakni kamera Kodak Baby Box–hingga Olympus MD3, yang digunakannya hingga tahun 2025 ini, Mas Tok tak hanya menangkap momen-momen pribadi tetapi juga perjalanan sejarah bangsa. Hasselblad, jenis kamera dengan lensa panjang yang dimilikinya karena hadiah dari Kedutaan Besar Uni Soviet, sebenarnya kamera untuk berburu, tetapi bisa digunakannya untuk memotret model dengan hasil yang cukup bagus.
Dengan kemajuan teknologi fotografi, mas Tok pernah kecewa gara-gara adanya kamera digital, yang membuatnya malas untuk memoto dan menggantungkan kameranya.
Namun, suatu saat Kwik Kian Gie, tokoh PDI-P dan mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas mengirimkannya kamera digital yang akhirnya dicoba, dan hingga sekarang ini Mas Tok keranjingan kamera digital tersebut.
Apalagi memotret model yang hasilnya dinilai juga bagus sehingga Mas Tok semakin bersemangat menggunakan kamera kemajuan teknologi digital di bidang fotografi.
Estetika dan Konsistensi
Pengaruh estetika pribadi mas Tok merepresentasikan gaya pengambilan fotonya yang lebih cenderung menggunakan pencahayaan alami serta komposisi.
Dengan menonjolkan objek utama dengan latar belakang foto, mas Tok memberikan konteks dan makna.
Jepretannya tidak sekadar mengambil gambar tetapi juga memberikan dan mengandung makna mendalam dari potret sebuah kehidupan.
Dalam karyanya, tampak mas Tok sangat memperhatikan detil dalam setiap komposisi pengambilan gambar untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu, baik tentang emosi, perjuangan dan kehidupan.
Dalam koleksi fotonya itu, mas Tok juga menangkap momen-momen penting dalam perjalanan bangsa Indonesia, seperti upacara peringatan kemerdekaan, pertemuan dengan tokoh dunia dan berbagai momen sejarah lainnya.
Selain itu, Keseharian kehidupan keluarga Soekarno dan interaksinya dengan masyarakat yang diambil mas Tok, juga memberikan gambaran tentang kehidupan sehari-hari seorang Presiden dan keluarga.
Di sisi lain, momen-momen kehidupan keluarganya yang erat dan harmonis dengan latar belakang politik yang saat itu menegangkan ikut diabadikan oleh mas Tok.
Hal ini juga menggambarkan sisi humanis dari seorang Bung karno sebagai pemimpin besar revolusi pada waktu itu.
Foto Guntur Soekarno: Berbicara Banyak Peristiwa & Momentum
Menurut Arbain Rambey, mantan fotografer Harian Kompas, yang dipercaya menjadi kurator karya mas Tok pada pameran kali ini, meski berjumlah ratusan, tidak ada foto yang disisihkan atau dibuang.
Pasalnya, objek maupun teknik fotografi mas Tok dinilai layak dan ‘berbicara’ banyak hal, peristiwa dan momentum.
Arbain mengaku hanya membantu untuk mengatur alur foto yang akan dipamerkan sesuai dengan tata ruang Galeri Nasional Indonesia.
“Mas Tok benar-benar real fotografer,” ungkapnya.
Ia menilai, konsistensi mas Tok dalam menekuni dunia fotografi patut dijadikan teladan bagi generasi muda.
Hal inilah yang disampaikan dua fotografer senior lainnya yang hadir: Darwis Triadi dan Firman Ikhsan.
Menurut keduanya, mas Tok merupakan fotografer sejati karena selama hidupnya dengan tekun menekuni dunia fotografi, rasa kepekaan terhadap objek foto yang tinggi, kemampuan pemaknaan, bahkan juga hafal setiap momen foto yang diambilnya.
“Keteladanan mas Tok terhadap fotografi selama ini, itulah yang perlu dipelajari oleh generasi muda,” tutur Darwis.
Adapun Firman Ikhsan, mengaku pernah ditelpon mas Tok soal perbedaan fotografi di era digital.
“Menariknya, mas Tok akhirnya bisa menggunakannya, dan menurutnya tidak ada bedanya antara yang analog dan digital untuk hasil karyanya.” tambah Firman.
Sementara menurut Syandria, karya lukisannya yang dihasilkannya selama ini bertemakan naturalis dan ekpresionis.
“Ketika semua harus beraktivitas di rumah karena Covid-19, saya tetap harus merasa produktif dengan menghasilkan karya-karya lukis,” imbuh Syandria tentang asal mula bakatnya.
Workshop Fotografi
Setelah dibuka secara khusus untuk undangan, mulai Sabtu, 8 Juni 2025, GFN 2025 akan dibuka untuk umum secara gratis.
Selama pameran, GFN 2025 tak hanya menyuguhkan keragaman objek dan momen foto karya mas Tok, tetapi juga berbagi ilmu dan pengalaman fotografi dari para fotografer senior secara gratis, agar semakin banyak khalayak yang dapat mengetahui, memahami dan belajar fotografi dari Andi Kusnadi, Arbain Rambey, RM Didit Chris P., M. Firman Ichsan, dan Darwis Triadi.[nnh]