(IslamToday ID) – Gubernur Jawa Barat (Jabar), Dedi Mulyadi, menyerukan pentingnya menjaga tradisi lokal di tengah arus industrialisasi dan digitalisasi yang kian pesat.
Menurutnya, perubahan zaman atau modernisasi tidak harus mengorbankan nilai-nilai tradisi yang sudah terjaga di masyarakat.
Ia mencontohkan, negara-negara seperti Tiongkok dan Jepang yang tetap mempertahankan budaya desa mereka, meskipun sudah sangat maju.
“Ya sekarang ya sudah, tradisi yang tetap ada harus dijaga. Kenapa? Di Tiongkok, negara yang hari ini jadi pembicaraan orang, desanya tetap tradisi. Di Jepang, desanya tetap tradisi. Gak bisa, udah deh,” tutur Dedi acara Catalyst 2025 – Dialog Kebangsaan yang digelar di Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Barat, Selasa (24/6/2025).
Industri Bisa Perkuat Basis Ekonomi Tradisional yang Berkelanjutan
Dedi menekankan, bahwa Indonesia sudah terlanjur memasuki era digitalisasi dan industrialisasi.
Namun, dalam pandangnya, industri justru bisa diperkuat melalui basis ekonomi tradisional yang berkelanjutan.
Yakni, seperti pertanian organik, peternakan, dan perikanan berbasis ekosistem hijau.
“Pertanian yang melahirkan siklus ekosistem hijau, berbasis organik, melahirkan peternakan dan perikanan. Itu semua adalah energi baru dan terbarukan,” paparnya.
Teknologi Tepat Guna yang Terjangkau
Dedi juga menyoroti, pentingnya teknologi tepat guna yang terjangkau untuk petani.
Ia menilai, mahasiswa harus bisa menciptakan alat produksi murah, yang membantu petani tanpa harus bergantung pada pupuk dan pestisida kimia.
“Petaninya tidak menggunakan pupuk, tidak menggunakan pestisida, dan menggunakan teknologi tepat guna yang diproduksi mahasiswa. Bahan baku produksinya jadi murah, tapi berkualitas,” ujar Gubernur Jabar.
Ia mengungkapkan, bahwa visi besarnya adalah menciptakan kawasan industri yang menyatu dengan alam, tidak eksploitatif, dan menjadi tempat kerja yang menyenangkan.
Dedi pun membayangkan sebuah sistem transportasi publik yang hijau, bebas macet, dan terintegrasi dengan alam dan ruang terbuka hijau.
“Maka, pergi ke kawasan industri adalah pergi piknik, tidak ada stres. Naik kereta, keretanya menyusuri area transportasi publik yang indah,” tambahnya.
Selain itu, ia menyebut Belanda telah membangun sistem perkeretaapian Indonesia sebagai contoh transportasi publik yang terencana baik dan berpihak pada kualitas hidup masyarakat.
Sistem Ekonomi Hijau yang Terintegrasi, akan Berikan Multiplier Effect
Lebih lanjut, Dedi menyatakan, bahwa hasil dari sistem ekonomi hijau yang terintegrasi ini akan memberi dampak ganda (multiplier effect).
Kemudian, kata Dedi, negara memungut pajak dari industri, lalu pemerintah daerah–pusat mengelola dana itu untuk pembangunan dasar hingga jangka panjang.
“Setiap rupiah dari pajak harus menjadi investasi. Investasi untuk manusia, infrastruktur, dan ekonomi. Jangan ada pembangunan yang berulang-ulang. Semua harus bernilai,” pungkas Dedi.[nnh]