JAKARTA, (IslamToday.id) — Serangan terhadap dua kapal tanker di Teluk Oman, dekat Selat Hormuz, membuat harga minyak melonjak dan memunculkan kekhawatiran pada masyarakat Asia atas keamanan arus minyak, seperti dilansir The Straits Times.
Dua kapal yang diserang itu adalah Front Altair milik Norwegia dan Kokuka milik Jepang.
Hampir seperlima kebutuhan minyak dunia melewati selat itu, termasuk untuk memenuhi pasar energi di wilayah timur.
Serangan itu juga bertepatan dengan meningkatnya eskalasi ketegangan di Timur Tengah antara AS dan Iran, Iran dan Arab Saudi, juga kelompok garis keras yang berperang di Yaman dan negara lainnya.
Salah satu dari dua kapal yang diserang itu merupakan kapal tanker berbendera Kepulauan Marshall, Front Altair, yang memuat etanol dari Watar menuju ke Taiwan.
Sedang Kokuka Courageous yang juga memuat etanol, berbendera Panama dan berlayar dari Singapura menuju Arab Saudi.
Harga minyak melonjak 4 persen pada Kamis 13 Juni 2019 setelah serangan itu. Harga minyak mentah brent naik USD2,19 atau 3,65 persen menjadi USD62,16 per barel pada pukul 14.41 WIB.
Ketegangan di Timur Tengah meningkat sejak Presiden AS Donald Trump menarik diri dari pakta nuklir multinasional 2015 dengan Iran dan kembali menerapkan sanksi.
Serangan itu bahkan terjadi ketika Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berada dalam pertemuan dengan para pejabat Teheran, dalam upaya untuk meredakan ketegangan antara AS dan Iran.
Washington menyalahkan Teheran atas serangan kapal tanker itu.
China yang memiliki hubungan dekat dengan Iran dan berupaya merampungkan perang dagang dengan Amerika, mendesak semua pihak untuk menahan diri.