JAKARTA, (IslamToday.id) — Dua negara penghasil sawit terbesar di dunia, Indonesia dan Malaysia bersatu melawan diskriminasi produk andalan mereka di pasar global, terutama Uni Eropa yang memberlakukan larangan penggunaan ‘palm oil’ sebagai bahan bakar nabati.
“Kedua pemimpin memiliki komitmen yang tinggi untuk meneruskan perlawanan terhadap diskriminasi sawit,” ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam siaran persnya, Jumat (8/8).
Sebelumnya, usai menghadiri kongres PDIP, partai pengusungnya pada Pilpres 2019, Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kenegaraan ke Malaysia, Kamis hingga Jumat.
Menurut Menteri Retno kedua pemimpin menegaskan komitmen mengembangkan industri kelapa sawit yang berkelanjutan dan ramah lingkungan hidup.
Indonesia mempunyai sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Malaysia juga mempunyai The Malaysian Sustainable Palm Oil (MSPO) sebagai standar industri yang berkelanjutan.
Uni Eropa berencana memberlakukan larangan penggunaan minyak kelapa sawit sebagai bahan bakar transportasi dalam kebijakan (Renewable Energy Directive II/ RED II). Menurut UE, perkebunan kelapa sawit adalah penyebab deforestasi dan kerusakan lahan.
Indonesia dan Malaysia menganggap hal ini adalah diskriminasi dalam perdagangan internasional dan mengecam kebijakan UE karena mengancam penghasilan jutaan orang yang bergantung dari industri kelapa sawit.
ASEAN dan UE sudah membentuk Working Group (WG) on Palm Oil, namun Indonesia menuntut adanya persamaan persepsi mengenai kerangka kerja grup. Karena, tanpa persamaan persepsi, dikhawatirkan tim kerja tidak akan membuahkan hasil yang diharapkan.
“Jadi pendekatan kita adalah pendekatan yang terbuka. Mari kita bekerja sama. Tapi kalau ajakan kerja sama itu tidak dan terus menerus kita terdiskriminasi, pastinya Indonesia dan Malaysia akan melawan,” tandasnya.