JAMMU KASHMIR, (IslamToday.id) — Perayaan Idul Adha di wilayah Jammu dan Kashmir yang dikelola India tak dirayakan dengan semarak karena penjagaan yang ketat.
Shalat Ied hanya dilakukan di masjid-masjid kecil. Pertemuan besar di Lembah Kashmir pun dilarang.
Selama delapan hari berturut-turut, seluruh jaringan komunikasi di provinsi itu masih terputus.
Melalui sebuah pernyataan, pemerintah India mengatakan pembatasan itu diberlakukan untuk menggagalkan aktivitas militan yang mengganggu ketertiban umum dan perdamaian.
“Orang-orang berkumpul dalam jumlah besar hanya di masjid-masjid lokal untuk berdoa dan saling menyapa,” papar televisi NDTV.
Dalam sebuah cuitan, Kementerian Dalam Negeri India mengklaim bahwa salat Ied di Kashmir berlangsung dengan damai.
Penasihat Keamanan Nasional Ajit Doval dan politikus Shah Faesal mengunjungi sejumlah area di Kota Srinagar untuk meninjau langsung situasi di sana.
“Tidak ada perayaan lebaran. Orang-orang Kashmir di seluruh dunia berduka menentang aneksasi di tanah mereka,” kicau Shah Faesal membantah klaim pemerintah India, melalui akun Twitternya.
Pakistan telah mengumumkan perayaan Hari Kemerdekaan yang jatuh pada 14 Agustus sebagai Hari Solidaritas Kashmir.
Ketegangan antara Islamabad dan New Delhi memuncak setelah India mencabut status quo Jammu dan Kashmir, yang memungkinkan penduduknya memberlakukan hukum mereka sendiri dan mencegah orang luar menetap atau memiliki tanah di wilayah itu.
Wilayah Himalaya dikuasai oleh India dan Pakistan sebagian, tetapi diklaim oleh keduanya secara penuh.
Sejak mereka terbelah pada 1947, kedua negara telah berperang tiga kali – pada 1948, 1965, dan 1971 – dua di antaranya memperebutkan Kashmir. Menurut sejumlah organisasi hak asasi manusia, ribuan orang dilaporkan tewas akibat konflik di wilayah tersebut sejak 1989.