(IslamToday ID) – Australia benar-benar krisis masker dalam menangani wabah virus corona. Beberapa petugas medis bahkan terpaksa memakai penutup wajah buatan sendiri atau memakai masker yang sudah rusak.
Saat banyak dokter dan perawat di rumah sakit kesulitan mendapatkan masker N95, banyak warga yang terlihat memakainya di jalan-jalan Australia.
“Setiap hari kami banyak mendapatkan surat terima kasih, bahkan beberapa orang membawa pizza untuk kami. Tapi saya hanya ingin bilang ‘Hai kami tidak lapar, kami butuh masker’,” kata seorang dokter gawat darurat Australia, Senin (6/4/2020).
Dokter unit gawat darurat Negara Bagian New South Wales (NSW) itu mengatakan di jalan banyak orang yang memakai masker N95, sementara jumlah masker jenis itu di rumah sakit tidak mencukupi. Jumlah kasus infeksi di NSW sudah mencapai lebih dari 5.700.
Pada Senin kasus kematian Covid-19 di NSW mencapai angka tertingginya. Serikat dokter unit gawat darurat dan petugas medis Australia mengatakan pemerintah sudah menyakinkan mereka bahwa produksi alat pelindung diri (APD) petugas medis terus ditingkatkan.
Namun pemakaian masker N95 di rumah sakit di seluruh penjuru NSW masih dibatasi. Petugas medis mengandalkan penutup wajah dari plastik dan karet untuk melindungi diri mereka.
“Beberapa orang bahkan memakai perlengkapan menyelam. Sejumlah dokter dan perawat kami dihukum karena mencoba memakai masker saat bekerja. Situasi ini penuh dengan konflik dan kebingungan,” kata Presiden Asosiasi Medis Australia cabang Australia Barat, Andrew Miller.
Petugas medis mengatakan pedoman penggunaan APD yang dikeluarkan pemerintah Australia saat jumlah kasus Covid-19 masih sedikit tidak memadai lagi. Ini karena banyak orang yang terinfeksi tapi tidak mengalami gejala tetap mengunjungi rumah sakit untuk memeriksa penyakit lain.
Mereka menambahkan saat ini seluruh departemen rumah sakit di Australia membutuhkan APD dengan standar tertinggi, tidak hanya dokter atau perawat yang bertugas menangani kasus Covid-19.
Miller mengatakan banyak APD di seluruh Australia yang tidak dipasok untuk petugas medis yang berada di garis terdepan krisis virus corona. Banyak petugas medis Australia yang tidak yakin APD tersedia saat mereka membutuhkannya. “Karena mereka telah melihat banyak petugas kesehatan di negara lain yang meninggal karena kurangnya persediaan APD,” kata Miller.
60 Juta Masker Per Hari
Tidak hanya Australia, kekurangan masker juga terjadi di China, bahkan sudah sejak beberapa minggu lalu. Setidaknya 60 juta helai masker per hari dibutuhkan China, negara di mana virus mematikan itu berasal.
“Kebutuhannya mencapai 50-60 juta masker per hari, sementara pasokannya masih sekitar 20 juta,” kata General Manager Lanhine Corp, Cao Jun.
Kelangkaan masker ini membuat beberapa orang mengambil kesempatan dengan menaikkan harganya. Beijing Jimin Kangtai Pharmacy menaikkan harga masker yang semula Rp 280.000 per kotak, menjadi Rp 1.669.000 untuk merek 3M.
Pemerintah pun segera mengingatkan adanya denda administrasi karena telah menaikkan harga yang terlalu signifikan. 3M merupakan produk Amerika Serikat yang sangat populer di China. Bahkan platform e-dagang Taobao dan JD.com kewalahan memenuhi permintaan konsumen. Harganya pun naik 3 yuan menjadi 40 yuan (Rp 80.000) per helai.
Padahal, Alibaba Group selaku pengelola Taobao sudah meminta kliennya untuk tidak menaikkan harga jual masker. Untuk membantu kekurangan masker di China, Vatikan dilaporkan telah mengirim ratusan ribu masker produksinya. “Bantuan masker ini kami kirimkan untuk membantu penyebaran virus corona,” kata Juru Bicara Vatikan, Matteo Bruni dalam pernyataannya beberapa hari lalu.
Keterbatasan masker juga terjadi di banyak toko di Thailand. Otoritas kesehatan Thailand mendorong masyarakatnya untuk membuat sendiri masker dan pembersih tangan antiseptik. Otoritas kesehatan setempat mendemonstrasikan cara membuat cairan pembersih dalam konferensi pers yang disiarkan di televisi.
“Apabila Anda tidak dapat menemukan pembersih tangan di toko-toko, buatlah sendiri. Campurkan air bersih dengan alkohol dan bawa campuran itu kemana pun Anda pergi,” kata Menteri Kesehatan Publik, Anutin Charnvirakul dalam konferensi pers.
“Kita harus melindungi diri sendiri dari virus itu. Makanlah makanan hangat (yang telah dimasak), gunakan sendok, pakai masker, dan cuci tangan,” lanjut Anutin.
Thailand juga memberlakukan pengendalian harga pada masker dan pembersih tangan. Siapapun yang menjual masker dan pembersih dengan harga tinggi dapat dihukum sampai dengan tujuh tahun penjara, atau didenda sampai dengan 140.000 baht.
Di Turki, Erol Memis dari Era Respiratory Masks, produsen masker asal Turki, mengungkapkan, perusahaannya telah berproduksi masker sejak menerima pesanan pertama dari China pada 31 Januari lalu. Selain China negara lain yang memesan masker kepadanya adalah Swiss, Perancis, Belgia, Georgia, Armenia, dan Mesir.
Ia mengeluh tak mungkin sanggup memenuhi semua permintaan itu. “Tidak mungkin bagi kami untuk memenuhi setiap permintaan,” kata Memis kepada Reuters. (wip)
Sumber: Republika.co.id, Rmol.id