(IslamToday ID) – Sebagai negara pertama terjangkitnya wabah virus corona, China tampaknya akan berhasil mengatasi penyakit mematikan tersebut. Untuk pertama kalinya dilaporkan tidak ada kematian baru dalam 24 jam di negara tersebut akibat corona.
Selain itu, kasus baru juga mengalami penurunan drastis, hanya 32 kasus yang semuanya impor atau datang dari luar negeri.
Seperti dilansir AFP dan kantor berita Xinhua News Agency, Selasa (7/4/2020), Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) dalam pengumuman terbaru melaporkan tidak ada korban meninggal sepanjang Senin (6/4/2020) waktu setempat. Ini berarti, jumlah korban meninggal di China masih ada di angka 3.331 orang.
Ini menjadi momen pertama saat tidak ada laporan kematian baru dalam sehari, sejak otoritas China mulai mempublikasikan datanya pada Januari lalu.
Jumlah tambahan kasus harian di China juga telah mengalami penurunan sejak Maret ini. Namun China mengkhawatirkan gelombang kedua virus corona yang dibawa dari luar negeri, khususnya dari negara-negara dengan jumlah kasus virus corona lebih banyak dari China.
Dalam laporan pada Selasa (7/4/2020) waktu setempat, NHC melaporkan 32 kasus baru dalam sehari. Seluruh kasus baru ini merupakan kasus impor atau kasus yang muncul dari orang-orang yang tertular di luar negeri dan datang ke China beberapa waktu terakhir.
Jumlah total kasus impor di China kini mencapai 983 kasus. Dari jumlah itu, 285 orang dinyatakan sembuh dan 698 orang lainnya masih dirawat di rumah sakit, dengan 21 orang di antaranya kondisinya parah.
Secara nasional, total 81.740 kasus virus corona terkonfirmasi di wilayah China daratan. Sedikitnya 77.167 pasien virus corona telah dinyatakan sembuh dan dipulangkan dari rumah sakit setempat.
Dalam laporannya, NHC juga mengumumkan 30 kasus baru virus corona tanpa gejala (asymptomatic). Dengan demikian, sejauh ini total 1.033 kasus tanpa gejala masih berada di bawah pengawasan medis di China daratan.
Otoritas China mulai melaporkan juga jumlah kasus tanpa gejala setelah muncul kekhawatiran publik soal para pembawa “diam-diam” virus corona yang mampu menularkan ke orang lain tanpa menyadari dirinya terinfeksi.
Setelah sejumlah kasus tanpa gejala terkonfirmasi di kota Wuhan pada Senin (6/4/2020), otoritas setempat mencabut status “bebas wabah” yang sebelumnya diberikan kepada 45 kompleks permukiman setempat.
Sementara itu, organisasi pelestarian lingkungan menyatakan kebijakan larangan permanen perdagangan daging satwa di China tidak akan efisien jika perdagangan satwa liar untuk kepentingan obat-obatan tradisional, pakaian, dan ornamen masih diperbolehkan.
Pemerhati lingkungan menyatakan pengecualian larangan ini merupakan celah, yang berarti jual beli daging satwa liar masih memungkinkan terjadi.
Larangan ini diterapkan pemerintah China pada Februari lalu setelah muncul kecurigaan bahwa satwa liar yang diperjualbelikan di sebuah pasar di Wuhan adalah sumber awal mula wabah virus corona.
Satwa yang dilindungi seperti trenggiling dan macan tutul masih diperbolehkan untuk diperdagangkan dalam larangan tersebut. Sehingga bagian tubuh mereka dapat digunakan dalam pengobatan tradisional China.
“Meskipun manfaat obat dari banyak produk satwa liar belum terbukti secara ilmiah, kepercayaan pada sistem ini kuat,” kata Terry Townshend, konsultan konservasi satwa liar yang berbasis di China dan pendiri Birding Beijing.
Karena permintaan akan obat tradisional, trenggiling hampir punah di China dan sekarang menjadi hewan yang paling banyak diperdagangkan di dunia.
Daging satwa liar dilarang diperdagangkan, tapi bagian tubuh hewan seperti empedu beruang, gigi, dan cakar masih diperbolehkan.
Para peneliti menemukan bahwa trenggiling mungkin menjadi pembawa virus yang berkaitan dengan menyebarnya Covid-19. (wip)
Sumber: Detik.com, Rmol.id