(IslamToday ID) – Koalisi pimpinan Arab Saudi yang memerangi pemberontak Syiah Houthi yang didukung Iran di Yaman mengumumkan gencatan senjata.
Ini menjadi sebuah langkah yang dapat membuka jalan bagi pembicaraan damai langsung pertama antara kedua pihak yang telah berperang selama lebih dari lima tahun. Demikian seperti dikutip dari AP News, Kamis (9/4/2020).
Dalam sebuah pernyataan oleh kantor berita resmi Arab Saudi, seorang juru bicara militer Saudi, Kolonel Turki al-Malki mengatakan gencatan senjata akan berlangsung dua minggu. Upaya itu merupakan tanggapan atas seruan PBB menghentikan permusuhan di tengah pandemi virus corona (Covid-19).
Kolonel Turki al-Malki juga mengatakan gencatan senjata dapat diperluas untuk membuka jalan bagi partai-partai untuk membahas proposal, langkah, dan mekanisme untuk gencatan senjata berkelanjutan, hingga solusi politik komprehensif di Yaman.
Tidak ada reaksi langsung dari para pemimpin Houthi atau pemerintah Yaman yang diakui secara internasional terhadap pernyataan koalisi itu.
Sekjen PBB Antonio Guterres yang menyerukan gencatan senjata di semua konflik global pada 23 Maret untuk mengatasi virus corona, menyambut baik pengumuman tersebut. “Ini dapat membantu untuk memajukan upaya-upaya menuju perdamaian serta respons negara terhadap pandemi Covid-19,” ujarnya.
Gutteres menyerukan pemerintah Yaman yang didukung oleh koalisi yang dipimpin Saudi dan Houthi untuk menindaklanjuti komitmen mereka agar segera menghentikan permusuhan. Mereka juga diminta untuk saling terlibat tanpa prasyarat dalam negosiasi yang difasilitasi oleh utusan PBB, Martin Griffiths.
“Hanya melalui dialog, para pihak dapat menyepakati mekanisme untuk mempertahankan gencatan senjata nasional, kemanusiaan, dan langkah-langkah pembangunan kepercayaan ekonomi untuk meringankan penderitaan rakyat Yaman. Dan dimulainya kembali proses politik untuk mencapai penyelesaian yang komprehensif untuk mengakhiri konflik,” kata Guterres dalam sebuah pernyataan.
Ia mengatakan awal bulan ini pihak-pihak yang bertikai di 11 negara telah merespons positif permintaannya untuk melakukan gencatan senjata global dan mengatasi virus corona.
Guterres mengatakan bahwa dunia menghadapi musuh bersama yakni Covid-19 yang tidak mengenal tentang kebangsaan atau etnis, faksi, atau agama.
Pertempuran hebat di Yaman antara pasukan pemerintah yang didukung koalisi dan Houthi menewaskan lebih dari 270 orang dalam 10 hari terakhir.
Kedua belah pihak berjuang untuk provinsi perbatasan utama Jawf dan provinsi tengah Marib yang kaya minyak. Para pejabat berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang untuk memberi tahu media. Sementara para pemimpin suku memang tidak ingin dikutip namanya karena takut akan pembalasan.
Gejolak dalam pertempuran terjadi pada saat Saudi mencegat rudal yang ditargetkan di ibukota mereka, Riyadh, akhir bulan lalu. Houthi sering meluncurkan rudal melintasi perbatasan Yaman ke Saudi, tetapi jarang yang mencapai ibukota.
Seruan perdamaian datang di tengah masa percobaan. Negara ini terlibat dalam perang harga internasional atas biaya minyak, setelah mendorong produksinya lebih tinggi untuk mencoba mengambil kembali pangsa pasar dari Rusia dan Amerika Serikat. Kelompok hak asasi internasional mengkritik Saudi atas konflik dan korban kemanusiaan. Saudi juga memerangi wabah virus corona dengan 2.932 kasus terkonfirmasi dan 41 kematian.
Iran yang mendukung Houthi juga menghadapi tantangan di dalam negeri. Sebagai negara yang paling parah di Timur Tengah, negara itu memiliki 67.286 kasus Covid-19 yang terkonfirmasi dan 3.993 kematian. (wip)
Sumber: Liputan6.com, Republika.co.id