(IslamToday ID) – International Monetary Fund (IMF) menyatakan virus corona (Covid-19) telah mendorong ekonomi global ke dalam resesi. Sehingga semua negara harus mengantisipasi dengan pengeluaran stimulus yang sangat besar untuk menghindari kebangkrutan dan gagal bayar utang.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan, negara-negara berkembang akan membutuhkan setidaknya 2,5 triliun dolar AS untuk melewati krisis dan digunakan untuk cadangan internal mereka sendiri.
“Sekarang jelas bahwa kita telah memasuki resesi yang buruk atau lebih buruk daripada tahun 2009,” kata Georgieva seperti dilansir Reuters, Sabtu (28/3/2020).
Menurutnya, pemulihan krisis ekonomi akibat virus corona mungkin lebih lama atau pada 2021 dibandingkan krisis keuangan global 2008-2009.
“Tetapi jika kita berhasil memberantas virus ini dan mencegah masalah likuiditas menjadi masalah solvabilitas,” kata Georgieva.
Ia mengatakan, kondisi terburuk belum terjadi bagi banyak negara berkembang, tetapi menderita karena arus modal keluar, berkurangnya permintaan untuk ekspor mereka dan penurunan tajam dalam harga komoditas.
Sejauh ini, 81 negara telah meminta atau bertanya tentang pembiayaan darurat dari IMF. Termasuk 50 negara berpenghasilan rendah dan 31 negara berpenghasilan menengah, seperti Pakistan, Ghana, Iran, dan Kirgistan yang diberikan bantuan pertama.
“Lebanon yang berutang banyak menyatakan minatnya pada pembiayaan tersebut, tetapi belum mengajukan permintaan resmi untuk pendanaan,” kata pejabat IMF.
Georgieva mengatakan negara-negara anggota IMF telah mendorong IMF untuk memfokuskan upayanya pada langkah-langkah yang dapat dilakukan dengan cepat, termasuk penggandaan pembiayaan darurat menjadi 100 miliar dolar AS dan penciptaan fasilitas likuiditas jangka pendek baru.
Ditanya apakah ekonomi global membutuhkan stimulus lebih dari 5 triliun dolar AS untuk penyelamatan yang dijanjikan oleh negara-negara G-20, ia mengatakan lebih besar.
“Saran kami lebih besar. Ini adalah krisis yang sangat besar dan itu tidak akan diselesaikan tanpa penyebaran sumber daya yang sangat besar,” katanya, mencatat bahwa suku bunga rendah memudahkan negara-negara untuk memberikan dukungan fiskal yang signifikan.
Negara G-20 berjanji mengeluarkan stimulus 5 triliun dolar AS sama dengan apa yang dikeluarkan pada 2009 selama krisis keuangan global, meskipun para ekonom mengatakan krisis ini bisa jauh lebih buruk karena melibatkan bagian besar dari ekonomi global.
Sementara, Georgieva menyambut paket stimulus bantuan ekonomi senilai 2,2 triliun dolar AS yang ditandatangani oleh Presiden Donald Trump untuk melindungi konsumen dan bisnis. Nilai ini hampir tiga kali lipat 831 miliar dolar AS yang dikeluarkan Amerika Serikat untuk stimulus pada tahun 2009. (wip)