(IslamToday ID) – Sebanyak 16 orang dilaporkan tewas dalam penembakan massal yang terjadi di Kota Portapique, Provinsi Nova Scotia, Kanada pada Minggu (19/4/2020). Pelaku diketahui melakukan aksinya setelah terlebih dahulu menyamar sebagai polisi.
Salah satu dari 16 korban tewas dalam penembakan itu adalah seorang perempuan anggota Royal Canadian Mounted Police (RCMP).
Dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (20/4/2020), otoritas di Kanada menyatakan bahwa aksi ini merupakan insiden pembunuhan massal yang terparah sejak 30 tahun terakhir.
RCMP menyatakan pria bersenjata itu adalah Gabriel Wortman (51) yang bekerja sebagai dokter gigi. Pelaku disebutkan muncul dengan seragam polisi. Ia juga dengan susah payah mendesain mobilnya agar terlihat seperti mobil polisi sungguhan saat melakukan aksi.
Dalam sebuah pengarahan, seorang anggota polisi menyatakan pelaku menembak orang di beberapa lokasi. Di awal laporan, korban tewas berjumlah 10 orang.
Brenda Lucki, yang memimpin RCMP secara nasional, mengatakan kepada Canadian Broadcasting Corp bahwa pelaku menewaskan sedikitnya 16 orang.
Polisi menambahkan mereka telah mengakhiri ancaman yang ditimbulkan oleh Wortman. Namun polisi tidak menjelaskan apakah pelaku ditembak di lokasi kejadian atau menembakkan dirinya sendiri.
Polisi mengatakan tidak ada hubungan yang jelas antara pelaku dan setidaknya beberapa korbannya. Mereka mengatakan mereka tidak tahu apa motivasinya.
“Hari ini adalah hari yang menghancurkan bagi Nova Scotia, dan akan tetap terukir di benak selama bertahun-tahun mendatang,” kata Lee Bergerman, komandan RCMP di Nova Scotia. Sedangkan polisi perempuan yang terbunuh adalah seorang perwira RCMP.
Pembantaian itu adalah yang terburuk di Kanada sejak seorang pria bersenjata membunuh 15 perempuan di Montreal pada Desember 1989.
Penembakan massal relatif jarang terjadi di Kanada, lantaran memiliki undang-undang kontrol senjata yang lebih ketat daripada Amerika Serikat.
Menteri Utama Nova Scotia, Stephen McNeil menyebut aksi tersebut sebagai salah satu tindakan kekerasan tak masuk akal sepanjang sejarah provinsi mereka. “Saya tak pernah membayangkan saya akan pergi tidur, dan bangun dengan kabar buruk bahwa ada penembak tengah berkeliaran di tempat saya,” ujarnya.
Peristiwa memilukan itu sampai ke telinga Perdana Menteri Justin Trudeau, yang menyampaikan doa dan belasungkawa bagi para korban.
Nova Scotia, seperti wilayah di Kanada lainnya, berada di bawah aturan perintah agar warganya tetap berada di rumah karena pandemi virus corona.
“Ketika polisi tiba di lokasi, anggota menemukan beberapa korban di dalam dan di luar rumah,” kata Chris Leather, perwira operasi kriminal Nova Scotia RCMP.
Beberapa bangunan di kota itu terbakar dan aksi tembak menembak antara polisi dengan pelaku juga terjadi. (wip)