(IslamToday ID) – Australia menggalang dukungan dari para pemimpin dunia untuk melakukan penyelidikan internasional terhadap pandemi virus corona.
Perdana Menteri (PM) Australia, Scott Morrison telah menelepon para pemimpin dunia termasuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Ia juga menelepon pemimpin Jerman dan Perancis untuk membahas masalah tersebut.
Seperti diberitakan Reuters, Rabu (22/4/2020), pembicaraan telepon tersebut dilakukan seiring gencarnya upaya Australia untuk mendorong adanya penyelidikan independen atas asal-usul dan penyebaran wabah corona, termasuk respons WHO.
Upaya Australia itu telah memicu kegeraman pemerintah China yang menuding Australia menerima instruksi dari pemerintahan Trump.
Virus Corona diyakini berasal dari sebuah pasar hewan liar di Kota Wuhan, China pada Desember 2019 lalu. Virus mematikan itu kini telah menginfeksi sekitar 2,3 juta orang di dunia dan menewaskan hampir 160.000 orang.
PM Morrison mengatakan, dirinya melakukan pembicaraan sangat konstruktif dengan Trump mengenai respons kedua negara terhadap pandemi corona dan perlunya membangkitkan kembali perekonomian.
“Kami juga membahas tentang WHO dan bekerja sama untuk memperbaiki transparansi dan efektivitas respons internasional terhadap pandemi,” kata Morrison dalam cuitannya di Twitter.
Kantor PM Australia menyatakan bahwa Morrison juga berbicara via telepon dengan Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Perancis Emmanuel Macron untuk membahas hal yang sama.
Diketahui, Gedung Putih belakangan sangat kritis terhadap China dan WHO terkait penanganan pandemi corona. Trump bahkan telah menghentikan pendanaan untuk WHO setelah menuding badan kesehatan PBB itu melakukan salah kelola dan menutup-nutupi pandemi corona.
Di Australia, sejumlah anggota parlemen negeri itu juga menyerukan penyelidikan atas asal usul virus corona. Mereka juga mempertanyakan transparansi China atas pandemi yang kini melumpuhkan dunia itu.
Kedutaan China di Canberra, Australia pun bereaksi keras atas hal tersebut. Kedutaan China menyebut para anggota parlemen Australia bertindak sebagai corong Trump.
“Akhir-akhir ini sejumlah politisi Australia ingin membeo apa yang telah dinyatakan oleh orang-orang Amerika itu, dan semata-mata mengikuti mereka dalam melakukan serangan-serangan politik terhadap China,” demikian pernyataan Kedutaan China untuk Australia.
Tidak hanya isu penyelidikan internasional terkait pendemi corona, China juga bakal menghadapi gugatan hukum. Gugatan itu kini muncul di Florida, Amerika Serikat, menuntut pemerintah China untuk memberikan ganti rugi terkait dengan penyebaran Covid-19.
Ganti Rugi Miliaran Dolar
Gugatan class-action yang didukung ribuan warga AS itu ditangani sebuah firma hukum bernama Berman Law Group di Miami.
Dalam keterangannya, firma hukum tersebut menyebutkan gugatan ini ingin menuntut ganti rugi miliaran dolar bagi para korban Covid-19 akibat kelalaian China.
Mereka menyebut pemerintah China telah gagal mencegah penyebaran Covid-19, sehingga kini menimbulkan masalah di seluruh dunia. “Padahal, mereka memiliki kemampuan untuk menghentikan penyebaran virus ini di tahap awal,” katanya.
Firma hukum ini bertekad untuk memperjuangkan hak-hak rakyat dan pengusaha di Florida serta di AS yang kini sakit atau harus merawat orang sakit, mengalami kesulitan keuangan, dan terpaksa mengalami kepanikan, pembatasan sosial, dan isolasi akibat Covid-19.
Gugatan class-action terpisah atas nama pengusaha di Las Vegas juga sudah didaftarkan. Mereka menuntut ganti rugi miliaran dolar ke pemerintah China.
Gugatan di Las Vegas ini menyebutkan pemerintah China seharusnya membagi informasi awal mengenai virus ini. Namun mereka malah mengintimidasi dokter, ilmuwan, jurnalis, dan praktisi hukum sembari membiarkan Covid-19 menyebar luas.
Di Eropa, Henry Jackson Society, sebuah lembaga pemikir di Inggris, menyatakan pemerintah China harus bertanggung jawab atas pandemi Covid-19 karena adanya upaya menutup-nutupi masalah pada tahap awal.
Mereka berpendapat, negara-negara G-7 bisa menggugat ganti rugi ke China sebesar 3,2 triliun pound.
Mantan bos badan intelijen Inggris MI6 John Sawers mengungkap adanya informasi yang menyebutkan bahwa pemerintah China menutupi permasalahan ini selama periode Desember 2019 dan Januari 2020.
Sebelumnya, tabloid Bild di Jerman yang paling banyak pembacanya di Eropa, menerbitkan “surat tagihan” sebesar 24 miliar euro sebagai ganti rugi atas pendapatan pariwisata selama Maret dan April.
Selain itu, Bild juga meminta ganti rugi 50 miliar euro untuk usaha kecil menengah, serta 149 miliar euro lainnya jika GDP Jerman anjlok di bawah 4,2 persen tahun ini.
Dalam surat terbuka kepada Presiden China, suratkabar tersebut menyatakan, “Pemerintahan dan ilmuwan Anda telah lama mengetahui bahwa virus corona sangat menular, namun Anda membiarkan seluruh dunia tidak mengetahuinya.”
“Para ilmuwan utama Anda tidak merespons ketika para peneliti Barat ingin mengetahui apa yang terjadi di Wuhan,” tambahnya. (wip)