(IslamToday ID) – Jepang mengambil tindakan strategis dengan “memagari” perusahaan raksasa legendaris Toyota Motor Corp dan Sony Corp dari kepemilikian asing. Jepang pun menerbitkan aturan yang lebih ketat terutama terkait dengan investasi asing.
Langkah ini membuat pemerintah Jepang bergabung dengan AS, Eropa, dan sejumlah negara lain dalam meningkatkan pengawasan industri yang dianggap sebagai kunci keamanan nasional.
Dilansir dari Reuters, Jepang mengidentifikasi 518 perusahaan dari sekitar 3.800 korporasi yang terdaftar di pasar saham senilai 5,4 triliun dolar AS yang memiliki inti operasi yang dinilai berkaitan dengan keamanan nasional.
Peraturan yang lebih ketat ini mencakup investasi asing dalam sektor-sektor yang penting bagi keamanan nasional, seperti minyak, kereta api, utilitas, senjata, ruang angkasa, tenaga nuklir, penerbangan, telekomunikasi, dan cybersecurity.
Investor asing yang membeli saham 1 persen atau lebih di perusahaan-perusahaan Jepang di 12 area tersebut, akan menghadapi pra-penyaringan dibandingkan dengan ambang sebelumnya yang sebesar 10 persen.
Hal ini pun sejalan dengan anjloknya harga saham sejumlah perusahaan Jepang di tengah ambruknya ekonomi global akibat wabah virus corona. Saham Toyota telah terjun hampir 15 persen pada tahun ini, sejalan dengan Indeks Nikkei 225. Sementara harga saham Sony telah turun 6,4 persen.
“Undang-undang yang direvisi ini bertujuan untuk mempercepat investasi asing langsung di Jepang,” kata Menteri Keuangan Jepang, Taro Aso, Senin (11/5/2020).
Beberapa analis mengatakan undang-undang investasi yang direvisi ini mencerminkan kekhawatiran Tokyo terhadap pengaruh China yang kian tumbuh dalam industri seperti pertahanan. Hal ini meningkatkan risiko kebocoran informasi rahasia dan arus keluar teknologi utama.
Namun, para kritikus berpendapat peraturan itu mengecilkan hati investor asing di pasar saham Jepang, dan bertentangan dengan upaya pemerintah untuk memancing investasi untuk merevitalisasi ekonomi.
Di sisi lain, ekonomi terbesar ketiga dunia ini secara mengejutkan masih tumbuh 2,1 persen pada kuartal terakhir.
Sementara, pemerintah Jepang telah meluncurkan stimulus sebesar 1 triliun dolar AS untuk melindungi ekonomi karena dampak pandemi corona.
Paket itu juga termasuk anggaran 2,2 miliar dolar AS untuk membayar perusahaan-perusahaannya untuk memindahkan produksinya keluar dari China atau negara-negara lain. Hal ini juga sekaligus untuk mengurangi ketergantungan mereka pada China ketika pandemi itu meningkatkan rantai pasokan China dengan mitra dagang global.
Pengecualian untuk menghilangkan kekhawatiran tersebut termasuk investasi tanpa pra-penyaringan oleh lembaga keuangan asing, dan pengabaian persyaratan pra-pelaporan untuk dana kekayaan negara yang bersertifikat dan investor lain yang memenuhi kriteria tertentu.
Padahal investor asing memiliki pengaruh besar pada harga saham, karena mereka memiliki sekitar 30 persen dari 575 triliun yen atau sekitar 5,4 triliun kapitalisasi pasar. (wip)