(IslamToday ID) – Turki menolak tawaran Mesir untuk dilakukan gencatan senjata di Libya. Tawaran itu dinilai hanya untuk menyelamatkan Khalifa Haftar setelah gagal mengendalikan ibukota Tripoli.
Turki mendukung Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui secara internasional oleh Fayez al Serraj, yang pasukannya dalam beberapa pekan terakhir memukul mundur serangan 14 bulan di Tripoli oleh Tentara Nasional Libya (LNA) Haftar, yang didukung oleh Uni Emirat Arab, Mesir, dan Rusia.
Mesir menyerukan gencatan senjata dimulai pada Senin (8/6/2020), sebagai bagian dari inisiatif yang juga mengusulkan dewan kepemimpinan terpilih untuk Libya. Rusia dan UEA menyambut baik rencana itu, sementara Jerman mengatakan pembicaraan yang didukung PBB adalah kunci bagi proses perdamaian.
Namun, Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu menolak proposal tersebut sebagai upaya untuk menyelamatkan Haftar menyusul kekalahan yang dideritanya di medan perang.
“Upaya gencatan senjata di Kairo masih mati. Jika gencatan senjata ditandatangani, itu harus dilakukan pada platform yang menyatukan semua orang,” kata Cavusoglu dilansir Aljazeera, Kamis (11/6/2020).
“Panggilan gencatan senjata untuk menyelamatkan Haftar tampaknya tidak tulus atau tidak dapat dipercaya bagi kita,” tambahnya.
Cavusoglu mengatakan Turki akan melanjutkan pembicaraan dengan semua pihak untuk solusi di Libya, tetapi solusi seperti itu akan membutuhkan persetujuan kedua belah pihak.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan dan Presiden AS Donald Trump membahas Libya via pesawat telepon pada hari Senin. Erdogan mengatakan keduanya menyetujui beberapa masalah di Libya, dan bahwa GNA akan terus berjuang untuk merebut kota pesisir Sirte dan pangkalan udara Jufra di selatan.
Cavusoglu mengatakan Erdogan dan Trump telah mendelegasikan menteri luar negeri dan menteri pertahanan mereka, kepala intelijen dan penasihat keamanan untuk membahas langkah-langkah yang mungkin di Libya.
Kepresidenan Turki mengatakan Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin membahas Libya melalui telepon pada hari Rabu.
Mereka juga membahas perkembangan di wilayah barat laut Idlib, Suriah, di mana Turki mengatakan gencatan senjata berusia tiga bulan yang dicapai oleh Moskow dan Ankara masih berlangsung, meskipun Turki mengatakan ada upaya oleh kelompok-kelompok radikal di sana untuk mengacaukannya. [wip]