(IslamToday ID) – Dua diplomat senior Rusia akan mengunjungi Istanbul pada hari Minggu (14/6/2020) untuk mengadakan pembicaraan dengan Turki mengenai situasi di Libya. Demikian dikatakan oleh penyiar CNN Turk, Sabtu (13/6/2020).
Media lain juga menyampaikan laporan serupa, dengan penyiar negara Turki TRT, Haber mengatakan bahwa para menteri juga akan membahas situasi di Suriah.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu akan membahas Libya dan potensi gencatan senjata di sana dengan Turki melalui Mevlut Cavusoglu dan Hulusi Akar.
Sementara, Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune pada hari Sabtu mengatakan konflik Libya tidak bisa diselesaikan dengan solusi militer, dan negaranya siap untuk membantu mengakhiri konflik di sana. “Solusi untuk Libya tidak bisa militer,” kata Tebboune.
“Aljazair berdiri di atas kedua belah pihak dan siap membantu mengakhiri krisis. Aljazair sangat sedih dengan situasi di Libya karena telah mengalami tragedi semacam itu.”
Juga pada hari Sabtu, Uni Eropa mengatakan perlunya bekerja sama dengan NATO dalam misi angkatan laut yang memberlakukan embargo senjata di Libya. Ini didorong adanya insiden baru-baru ini di mana angkatan laut Yunani berusaha menghentikan fregat dan kapal kargo Turki dalam perjalanan ke Libya.
Kapal Yunani mundur setelah ada peringatan dari kapal Turki.
“Ini adalah bagian dari proses alami antara dua organisasi yang bekerja sama untuk mencapai hasil bersama, yaitu keamanan dan stabilitas Eropa dan lingkungannya,” kata juru bicara Uni Eropa dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Jumat malam.
“Kerja sama ini tidak dipicu oleh peristiwa apapun baru-baru ini. Itu adalah bagian dari dialog dan biasa.”
NATO pada hari Jumat mengkonfirmasi bahwa pihaknya melihat bagaimana Operation Sea Guardian, yang memiliki dua kapal yang berpatroli di Mediterania, dapat mendukung operasi baru Uni Eropa.
Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) Libya yang diakui secara internasional, dalam beberapa pekan terakhir telah memukul mundur pasukan Khalifa Haftar dari Tripoli.
GNA juga merebut kembali Kota Tarhouna, mengakhiri serangan 14 bulan di ibukota oleh milisi Haftar yang berbasis di timur pada awal Juni.
PBB mengatakan setidaknya 8 kuburan massal telah ditemukan di Kota Tarhouna, daerah kunci di wilayah barat yang berfungsi sebagai benteng utama milisi Haftar dalam kampanye mereka untuk merebut Tripoli.
Penemuan ini telah menimbulkan kekhawatiran tentang tingkat pelanggaran HAM di wilayah yang dikuasai oleh milisi Haftar, mengingat sulitnya mendokumentasikan zona perang aktif itu. [wip]