(IslamToday ID) – Pengerahan tiga kapal induk Amerika Serikat (AS) ke Samudera Pasifik untuk pertama kalinya dalam kurun waktu yang cukup lama memancing reaksi China. Media pemerintah China menyatakan Beijing tak akan mundur untuk membela kepentingannya di wilayah itu.
Menurut siaran pers Angkatan Laut AS, kapal USS Ronald Reagan dan USS Theodore Roosevelt berpatroli di Pasifik barat, sedangkan USS Nimitz di Pasifik timur. Dengan masing-masing kapal mengangkut lebih dari 60 pesawat, itu merupakan ekspedisi terbesar kapal induk AS di Pasifik sejak 2017, ketika ketegangan dengan Korea Utara memuncak terkait program senjata nuklirnya.
Kehadiran kapal induk pertama kali disorot dalam laporan Associated Press (AS) pada hari Jumat (12/6/2020).
“Operator dan kelompok kapal induk yang besar adalah simbol fenomenal kekuatan Angkatan Laut Amerika. Saya benar-benar bersemangat karena kita memiliki tiga di antaranya saat ini,” kata Laksamana Muda Stephen Koehler, Direktur Operasi di Komando Indo-Pasifik di Hawaii kepada AP.
Pada hari Minggu (14/6/2020), juru bicara Global Times dari Partai Komunis mengatakan bahwa kapal induk itu bisa mengancam pasukan di Laut China Selatan yang disengketakan.
“Dengan mengerahkan kapal induk, AS berusaha menunjukkan kepada seluruh wilayah dan bahkan dunia bahwa Angkatan Lautnya yang paling kuat. Mereka dapat memasuki Laut China Selatan dan mengancam pasukan China di Pulau Xisha dan Nansha (Paracel), dan pulau-pulau Spratly, sehingga AS dapat menjalankan politik hegemoninya,” demikian laporan Global Times mengutip Li Jie, seorang pakar Angkatan Laut yang berbasis di Beijing.
Laporan di web resmi Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) juga menyoroti persenjataan yang dimiliki militer China, bahwa Beijing bisa menggelar latihan dalam rangka merespons sekaligus memamerkan senjata. “China memiliki senjata pembunuh kapal induk seperti rudal balistik anti-kapal DF-21D dan DF-26,” tulis dalam laporan itu.
Kapal induk yang dikerahkan itu berarti tiga dari tujuh kapal yang aktif milik Angkatan Laut AS yang berada di Pasifik. Empat kapal lainnya berada di pelabuhan untuk pemeliharaan.
Collin Koh, peneliti di Institut Studi Pertahanan dan Strategis di Singapura, mengatakan China bereaksi keras karena kehadiran kapal induk AS bertolak belakang dengan kabar yang dihembuskan Beijing bahwa Angkatan Laut AS tengah dilumpuhkan oleh pandemi corona.
“Itu bertentangan dengan narasi yang ingin dikembangkan oleh China bahwa AS sedang tertekan di Pasifik,” kata Koh.
Memang, USS Theodore Roosevelt kembali melaut pada 4 Juni setelah berminggu-minggu berlabuh di pelabuhan di Guam menyusul wabah virus corona. Pada bulan Maret lebih dari 1.000 awak kapal itu dari total 4.900 orang dinyatakan positif terjangkit corona.
“Kami telah mengizinkan Theodore Roosevelt ke laut sebagai simbol harapan dan inspirasi, dan instrumen kekuatan nasional karena kami adalah TR,” ujar Komandan USS Theodore Roosevelt, Kapten Carlos Sardiello.
USS Ronald Reagan kembali melaut pada akhir Mei setelah sejumlah kru dikarantina di pelabuhan asalnya di Jepang untuk memastikan mereka terbebas dari Covid-19. Kapal itu juga memuat lebih dari 1.000 ton persenjataan. “Kekuatan tempur yang cukup untuk membuat kapal duduk 5 inci lebih rendah di garis air,” kata Angkatan Laut AS.
Langkah itu dilakukan setelah armada Pasifik AS menyatakan bulan lalu bahwa semua kapal selam yang dikerahkan berada di laut melakukan operasi di Pasifik barat. Tidak pasti berapa jumlahnya, tetapi para ahli mengatakan kemungkinan lebih dari 8 kapal yang sulit dilacak dan memiliki kemampuan serangan cepat.
Carl Schuster, mantan Direktur Operasi di Pusat Intelijen Gabungan Komando Pasifik AS, mengatakan hal itu bukanlah kebetulan.
“(Angkatan Laut China) tidak tahu di mana kapal selam itu berada sehingga mempersulit perhitungan respons dan perencanaan,” katanya. Terutama ketika Beijing sekarang juga harus memperhitungkan tiga kapal induk dan kapal perusak serta kapal penjelajah yang menyertainya. [wip]