(IslamToday ID) – Sebuah organisasi hak asasi manusia (HAM), Mwatana mempublikasikan laporan pelanggaran HAM berat di Yaman mulai Mei 2016 hingga April 2020. Setidaknya tercatat 1.605 kasus penahanan sewenang-wenang, 770 kasus penghilangan paksa, dan 344 kasus penyiksaan yang dilakukan oleh semua pihak yang bertikai di Yaman.
Laporan Mwatana menyatakan pemberontak Houthi yang didukung Iran bertanggung jawab atas sebagian besar kasus, dengan 904 penahanan sewenang-wenang, 353 penghilangan paksa, 138 penyiksaan dan 27 kematian dalam tahanan.
Seperti dikutip di TRTWorld, Rabu (1/7/2020), perampasan makanan dan minuman, pemukulan dan sengatan listrik adalah praktik umum yang dilakukan di 11 pusat tidak resmi yang berhasil diselidiki.
Kunjungan lapangan, serta ribuan wawancara dengan mantan tahanan, saksi, kerabat dan pengacara, menyebut bahwa pasukan UEA dan kelompok-kelompok bersenjata yang berafiliasi harus bertanggung jawab atas beberapa perlakuan kejam terhadap para tahanan, termasuk penggantungan terbalik selama berjam-jam dan penyiksaan seksual dengan pembakaran alat kelamin.
Sebanyak 419 kasus penahanan sewenang-wenang, 327 penghilangan paksa, 141 tuduhan penyiksaan dan 25 kematian dalam penahanan terkait dengan UEA dan pasukan sekutu, termasuk milisi anti-Houthi.
Pemerintah Yaman yang didukung Saudi, termasuk partai Islah, bertanggung jawab atas 282 penahanan, 90 penghilangan, 65 kasus penyiksaan, dan 14 kematian dalam penahanan.
Osamah Alfakih, Direktur Advokasi Mwatana menyatakan, kondisi di penjara resmi dan pusat penahanan di Yaman juga mengerikan, ada kekhawatiran khusus atas situs tidak resmi.
“Di pusat-pusat tidak resmi ini, penggunaannya telah berkembang pesat selama perang Yaman, pengawas dan keluarga sangat jarang memiliki akses ke tahanan,” katanya.
“Jumlah kematian dalam tahanan sangat besar dan memperlihatkan dengan jelas tindak pelanggaran HAM oleh semua pihak dalam konflik.”
Jumlah penahanan terbanyak didokumentasikan di Badan Keamanan dan Intelijen Houthi yang dikelola di Sanaa, yang sebelumnya adalah Badan Keamanan Politik Yaman, di mana mantan tahanan mengatakan kepada Mwatana bahwa orang-orang menjadi sasaran penyiksaan termasuk pencabutan kuku, pemukulan, dan sengatan listrik.
Di penjara 7 Oktober 2019 di Abyan, yang dikendalikan oleh Sabuk Keamanan, tahanan harus menghadapi keadaan yang sangat buruk. Dalam laporan tersebut menyebut kurangnya makanan dan minuman, dipaksa minum urine, pemukulan dengan palu, dan penyiksaan seksual. Saksi mata mengatakan mayat tahanan dibuang di halaman rumah sakit terdekat.
Laporan tersebut hanya menyoroti kasus seorang tahanan perempuan yang keguguran saat dirawat di Hodeidah oleh Houthi. Sangat sulit bagi perempuan untuk mengajukan tuduhan penganiayaan dan pemerkosaan di negara konservatif, tetapi pelaporan oleh Associated Press (AP) menyebut adanya penghilangan paksa dan pelecehan terhadap aktivis perempuan yang tersebar luas di daerah-daerah yang dikuasai pemberontak.
Ketika Covid-19 merusak sistem perawatan kesehatan Yaman, Mwatana menyerukan kepada semua pihak untuk membebaskan tahanan yang berisiko tertular virus corona.
“Impunitas terhadap tindakan pihak-pihak yang bertikai adalah masalah besar,” kata Alfakih.
“Virus corona telah mengubah situasi ini menjadi lebih dari mimpi buruk bagi keluarga dan tahanan,” tambahnya. [wip]