(IslamToday ID) – Pengerahan dua kapal induk Amerika Serikat (AS) di Laut China Selatan disambut gembira oleh China. Oleh Beijing, kedua kapal itu bisa jadi target empuk rudal anti-kapal milik mereka kapan saja.
Dalam sebuah tweet, media pemerintah The Global Times mengeluarkan peringatan bahwa China memiliki banyak pilihan senjata anti-kapal induk pembawa pesawat terbang, seperti rudal pembunuh kapal induk DF-21D dan DF-26.
Seperti diberitakan sebelumnya, dua kapal induk AS, USS Nimitz dan USS Ronald Reagan melakukan latihan militer di kawasan Laut China Selatan yang disengketakan pada hari Sabtu. Pengerahan dua kapal perang raksasa AS itu terjadi ketika Beijing sedang melakukan latihan perang di kawasan yang sama, yang telah dikritik oleh Pentagon dan negara-negara Asia Tenggara.
Angkatan Laut AS dalam sebuah pernyataan mengatakan USS Nimitz dan USS Ronald Reagan melakukan operasi dan latihan di Laut China Selatan untuk mendukung Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
Tidak disebutkan secara persis di mana latihan kedua kapal itu dilakukan di Laut China Selatan, yang luasnya sekitar 900 mil dan 90 persen di antaranya diklaim oleh China, meskipun ada protes dari negara-negara tetangganya.
“Tujuannya adalah untuk menunjukkan sinyal yang jelas kepada mitra dan sekutu kami bahwa kami berkomitmen terhadap keamanan dan stabilitas regional,” kata Laksamana Muda George M Wikoff, komandan kelompok tempur USS Ronald Reagen seperti dikutip oleh Wall Street Journal.
The Global Times mengatakan para analis mencatat ancaman mengerikan Beijing yang dapat menghancurkan kapal induk musuh kapan saja dengan rudalnya.
“Laut China Selatan sepenuhnya berada dalam genggaman Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China, dan setiap pergerakan kapal induk AS di kawasan itu semata-mata menyenangkan PLA, yang memiliki banyak pilihan senjata anti-kapal induk seperti rudal pembunuh kapal DF-21D dan DF-26,” kata pakar Angkatan Laut yang berbasis di Beijing, Li Jie, Senin (6/7/2020).
Song Zhongping, seorang pakar militer China mengatakan, langkah AS yang bertujuan untuk meningkatkan kehadiran militernya di Pasifik Barat dirancang untuk memamerkan hegemoni di wilayah tersebut tidak tergoyahkan dan meningkatkan kepercayaan diri untuk sekutu regionalnya.
“AS juga berusaha menghalangi gerakan PLA di Laut China Selatan dan menjawab ‘pertanyaan’ Taiwan,” kata Song, Minggu (5/7/2020).
Menurut para analis tersebut, AS telah memainkan kartu Hong Kong-nya untuk menahan perkembangan China selama beberapa tahun terakhir. Tetapi setelah lahirnya UU Keamanan Nasional, sangat disadari bahwa AS telah kehilangan kartu tersebut. Sehingga AS telah mengalihkan fokusnya ke Laut China Selatan dan Taiwan, di mana militer mungkin memainkan peran penting. [wip]