(IslamToday ID) – Anjloknya harga minyak dan turunnya produksi akibat pandemi corona bakal memukul eksportir minyak di Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA). Pendapatan para eksportir minyak itu turun drastis sampai 270 miliar dolar AS dibanding tahun 2019.
Penurunan tajam harga minyak awal tahun ini menambah berat perekonomian produsen minyak Timur Tengah. Perekonomian terjun bebas karena diterapkannya penguncian wilayah untuk mencegah penyebaran corona.
“Pengurangan produksi yang lebih besar dari perkiraan tersirat di perjanjian OPEC, ditambah dengan harga minyak yang lebih rendah akan berdampak negatif pada ekspor. Faktor-faktor ini telah menyebabkan dampak yang lebih kuat dari yang diperkirakan pada aktivitas paruh pertama 2020, sementara pemulihan diproyeksikan akan bertahap dari perkiraan sebelumnya, sejalan dengan pemulihan global yang lebih lemah,” kata IMF seperti dikutip di Oilprice.com, Selasa (14/7/2020).
Ekonomi negara-negara pengekspor minyak kawasan MENA tahun ini jatuh sebesar 7,3 persen, turun 3,1 poin persentase dibandingkan dengan perkiraan regional bulan April. Pertumbuhan ekonomi untuk tahun depan direvisi turun 0,8 poin persentase menjadi 3,9 persen. Revisi ke bawah yang besar ini mencerminkan “whammy ganda” dari fluktuasi harga minyak (dan pengurangan pasokan) dan penguncian terkait pandemi.
Pejabat senior IMF memperkirakan ekonomi di Teluk saja akan mengalami kontraksi gabungan 7,6 persen tahun ini karena jatuhnya harga minyak.
Ini adalah revisi turun tajam dari perkiraan sebelumnya oleh pemberi pinjaman internasional, yang melihat ekonomi Teluk (enam negara yang membentuk Dewan Kerja Sama Teluk) mengalami pertumbuhan negatif 2,7 persen.
“Sektor minyak akan menyusut tajam sekitar 7,0 persen dan itu akan disertai dengan penurunan di sektor non-minyak juga,” kata Jihad Azour, Direktur Departemen IMF Timur Tengah dan Asia Tengah. [wip]