(IslamToday ID) – Penolakan Amerika Serikat (AS) terhadap klaim Beijing di Laut China Selatan (LCS) berpotensi memicu ketegangan di wilayah tersebut. Hal itu diungkapkan oleh Kedutaan Besar China di AS pada hari Selasa (14/7/2020).
China menganggap pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri AS menentang upaya China dan negara-negara ASEAN untuk menjaga stabilitas dan perdamaian di Laut China Selatan.
Menurut Kedutaan China, AS secara sembrono memutarbalikkan fakta objektif di Laut China Selatan dan Konvensi PBB tentang Hukum Laut UNCLOS.
“Mengubah Laut China Selatan menjadi situasi yang tegang, memprovokasi hubungan China dengan negara-negara kawasan, dan menuduh China tidaklah masuk akal. China sangat menentang hal ini,” kata pernyataan Kedubes China seperti dikutip dari CNBC.
Sebelumnya, AS menyatakan klaim China terhadap Laut China Selatan sebagai tindakan yang ilegal, terutama wilayah yang tumpang tindih dengan sejumlah negara Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo menyatakan AS menolak klaim sepihak China terhadap Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) di lepas pantai Natuna, Indonesia.
“Amerika Serikat memperjuangkan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka,” kata Pompeo, Senin (13/7/2020) di situs web Kementerian Luar Negeri.
“Kami ingin memperjelas bahwa klaim Beijing atas sumber daya alam di Laut China Selatan sepenuhnya ilegal, merupakan kampanye penindasan untuk mengendalikannya.”
Laut China Selatan menjadi perairan rawan konflik setelah Beijing mengklaim hampir 80 persen wilayah di perairan itu.
Klaim China tersebut tumpang tindih dengan wilayah perairan dan ZEE sejumlah negara ASEAN seperti Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei.
Indonesia sendiri menegaskan tidak memiliki sengketa dengan China di Laut China Selatan. Namun, aktivitas sejumlah kapal ikan dan patroli China di ZEE Indonesia di sekitar Natuna semakin membuat khawatir Jakarta.
Meski bukan negara yang memiliki klaim wilayah di Laut China Selatan, AS kerap menentang manuver China di perairan yang dianggap Washington sebagai perairan internasional itu.
AS berupaya tetap menjadikan Laut China Selatan jalur perdagangan internasional utama, sebagai perairan yang bebas dilalui siapa saja.
Angkatan Laut AS mengerahkan dua kapal induk untuk melakukan operasi dan latihan di kawasan itu pada 4 Juli, bertepatan dengan Hari Kemerdekaan AS. Latihan ini sudah direncanakan sejak lama, tapi memang jadwalnya bertepatan dengan China yang melakukan latihan di dekat kawasan sengketa di Kepulauan Paracel.
AS sendiri meminta China menghentikan latihan militer tersebut karena dianggap dapat membuat kawasan kian tidak stabil. [wip]