(IslamToday ID) – Hubungan dua Korea bakal kembali tegang. Ini menyusul langkah Korea Selatan (Korsel) menyelidiki keterlibatan adik Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-Un, Kim Yo-Jong dalam peledakan kantor penghubung antara dua Korea yang berlokasi di Kaesong.
Kantor penghubung tersebut meledak pada Juni lalu. Sebelum terjadi peledakan, Kim Yo-Jong yang juga menjadi tangan kanan Kim Jon-Un, melontarkan ancaman tindakan militer terhadap Korsel.
Juru bicara jaksa Distrik Sentral Seoul menyatakan, mereka menerima laporan untuk menginvestigasi Kim Yo-Jong dari pengacara ibukota. Semua terjadi setelah pada Juni kantor perwakilan Kaesong dihancurkan beberapa hari setelah Kim Yo-Jong menyatakan “bangunan tak berguna” itu bakal tinggal sejarah.
Sebelum penghancuran, Pyongyang melontarkan serangkaian kecaman buntut kegiatan para pembelot di perbatasan Korsel. Demikian seperti dikutip di AFP, Kamis (16/7/2020).
Korut menyesalkan sikap tetangganya itu yang dianggap membiarkan pembangkang mengirim pesan propaganda, di mana salah satunya berisi hinaan bagi Kim Jong-Un.
Tensi semakin memanas setelah Korut mengancam bakal mengerahkan militer ke perbatasan, meski pada akhirnya mereka membatalkannya. Laporan dari pengacara Lee Kyung-Jae menyatakan, bangunan yang dihancurkan Korut dibangun dan didanai oleh pemerintah Korsel.
“Kim menggunakan peledak untuk menghancurkan bangunan misi kuasa-diplomatik Korea Selatan yang melayani kepentingan publik,” terang Lee dalam laporannya.
Selain Kim Yo-Jong, Lee juga melayangkan laporan kepada Pak Jong Chon selaku Ketua Staf Jenderal Negara yang menganut ideologi Juche tersebut. Berdasarkan hukum Korsel, Lee menekankan menghancurkan bangunan dengan peledak dan mengganggu kedamaian hukumannya adalah mati, atau tujuh tahun penjara.
Hukuman mati masih diterapkan oleh Negeri Ginseng meski pemerintah setempat belum mengeksekusi siapapun sejak 1997 silam. Secara teori, tentu mustahil bagi Seoul untuk menangkap Kim Yo-Jong atau Pak Jong Chon dan kemudian menghadapkannya ke pengadilan Korsel.
Tetapi seperti dilansir Yonhap, Lee mengatakan ia ingin memberitahukan kepada rakyat Korut kemunafikan yang dilakukan pemimpinnya. Pengumuman tersebut berselang sepekan setelah pengadilan Korsel memerintahkan para petinggi Korut membayar kompensasi bagi tahanan perang yang mendekam di negaranya.
Relasi dua Korea tumbang buntut kolapsnya pertemuan Kim Jong-Un dengan Presiden AS Donald Trump, di Hanoi, Vietnam pada Februari 2019. [wip]