(IslamToday ID) – Untuk menangani demonstrasi anti-rasisme, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan mengerahkan pasukan keamanan ke kota yang “dikuasai” oposisi Demokrat.
Pekan lalu, Kementerian Keamanan Dalam Negeri (DHS) mengerahkan polisi Patroli Perbatasan dan marshal ke Portland dengan memakai seragam tempur.
DHS berencana untuk memberangkatkan sekitar 150 personel paramiliter ke Chicago, setelah polisi terlibat bentrok dengan pendemo yang ingin menurunkan patung Christopher Columbus.
Berdasarkan laporan media lokal, secara terpisah sebanyak 63 orang ditembak dengan 12 orang tewas karena kekerasan dengan senjata api. “Kami juga tengah memperhatikan Chicago. Kami juga mengawasi New York,” ungkap Trump kepada media.
“Lihat apa yang terjadi. Semuanya dikuasai Demokrat. Kota itu dikuasai Demokrat yang liberal, radikal sayap kiri. Kami tak bisa membiarkannya terjadi,” kecamnya.
Dari ucapannya bahwa mereka tidak akan meninggalkan New York hingga Baltimore, ia mengancam mengerahkan pasukan keamanan di kota yang dikuasai oposisi.
“Saya akan melakukan sesuatu. Itu yang bisa saya katakan. Karena kami tak akan meninggalkan New York, Chicago, Detroit, dan Baltimore,” ungkapnya seperti dikutip di RT.com, Selasa (21/7/2020).
Pada hari Senin DHS menekankan bahwa mereka tidak akan mengomentari jika ada operasi yang dianggap bocor. Meski tidak akan berkomentar, sebelumnya Penjabat Menteri Keamanan Dalam Negeri, Chad Wolf menyatakan mereka akan tetap masuk ke setiap wilayah di AS.
Dalam wawancaranya dengan Fox News, Wolf menegaskan jajarannya tak butuh menunggu permintaan dari walikota hingga gubernur negara bagian untuk bertindak. “Kami akan melakukannya (pengerahan pasukan keamanan). Entah mereka menyukainya atau tidak,” tegas Wolf.
Keputusan presiden dari Partai Republik untuk menempatkan kekuatan pemerintah federal menuai kemarahan sekaligus argumentasi dasar hukum.
Sejak kematian George Floyd, seorang pria Afrika-Amerika di Minneapolis 25 Mei lalu, AS diguncang aksi protes menentang rasisme dan kebrutalan polisi. Sejak aksi protes terjadi, presiden ke-45 dalam sejarah AS itu melabeli demonstran dengan sebutan sayap kiri radikal yang berniat menghancurkan negara.
Kubu Demokrat sendiri menuding Trump memanfaatkan aksi tersebut untuk menggalang dukungan bagi mereka yang memihak konservatif. Pekan lalu, Wolf menerangkan keberadaan agen federal di negara bagian Oregon, tempat Portland berada, untuk menangkal tindakan anarkis.
Tetapi dia juga menuding para pendemo melakukan aksi yang masuk kejahatan minor. Seperti memecahkan kaca atau merusak kantor pemerintah. [wip]