(IslamToday ID) – Militer Amerika Serikat (AS) menyatakan Rusia telah mengirim lebih banyak persenjataan militer ke tentara bayarannya di Libya, termasuk ke Kota Sirte yang menjadi titik panas pertikaian. Hal dinilai sebagai sebuah pelanggaran embargo senjata.
Komando Afrika militer AS (AFRICOM) mengatakan ada banyak bukti dari foto satelit bahwa pesawat kargo militer Moskow, termasuk IL-6s, memasok senjata kepada para milisi dari tentara bayaran Wagner Group.
“Gambar dari satelit semakin membuktikan akan keterlibatan Rusia,” kata Brigjen Angkatan Darat AS, Gregory Hadfield, Wakil Direktur Intelijen AFRICOM, seperti dikutip di Al Jazeera, Jumat (24/7/2020).
“Mereka terus berupaya untuk mendapatkan pijakan di Libya.”
“Persenjataan pertahanan udara Rusia, termasuk SA-22, hadir di Libya dan dioperasikan oleh Rusia, Wagner Group, atau kaki tangan mereka. Foto-foto juga menunjukkan truk utilitas Wagner dan kendaraan lapis baja Rusia yang anti-ranjau, serta penyergapan-penyergapan juga ada di Libya.”
“Jenis dan volume persenjataan menunjukkan niat ke arah pertempuran ofensif yang berkelanjutan,” tambahnya.
Libya terjerumus ke dalam peperangan setelah pemberontak yang didukung NATO pada 2011 berhasil menggulingkan Muammar Gaddafi.
Negara kaya minyak itu kini telah terpecah, dengan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui secara internasional mengendalikan ibukota Tripoli dan barat laut, sementara komandan militer pemberontak Khalifa Haftar dan Tentara Nasional Libya (LNA) yang berpusat Benghazi menguasai timur.
Haftar didukung oleh Uni Emirat Arab (UEA), Mesir dan Rusia, sedangkan GNA didukung oleh Turki.
Pada Mei, sebuah laporan AS yang bocor mengatakan kontraktor militer swasta Rusia, Wagner Group mengerahkan sekitar 1.200 tentara bayaran ke Libya untuk memperkuat pasukan Haftar.
Laporan setebal 57 halaman oleh pemantau independen itu diserahkan ke Dewan Keamanan PBB (DK PBB). Di laporan itu dikatakan bahwa Wagner mengerahkan tentara bayaran dalam tugas militer khusus, termasuk tim penembak jitu.
Para pemantau sanksi PBB mengidentifikasi lebih dari 20 penerbangan antara Rusia ke Libya timur dari Agustus 2018 hingga Agustus 2019 dengan pesawat sipil terkait dengan Wagner Group.
Para pemantau juga mencatat ada 122 operator Wagner yang sebagian besar sudah beroperasi di Libya.
Rusia dan LNA sama-sama membantah pernyataan militer AS. Moskow menyatakan mengirim jet tempur untuk mendukung pasukan Wagner di negara Afrika Utara.
Ketika ditanya pada bulan Januari apakah Wagner Group bertempur di Libya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan jika ada orang Rusia di Libya, mereka tidak mewakili negara Rusia, mereka juga tidak dibayar oleh negara.
Klaim AFRICOM muncul setelah pertemuan Rabu antara delegasi Turki dan Rusia di Ankara untuk membahas perang Libya. Kedua pihak sepakat untuk melanjutkan upaya gencatan senjata abadi di negara itu.
Turki dan Rusia sepakat untuk bekerja sama dan mendorong faksi-faksi yang bertikai di Libya untuk mematuhi gencatan senjata dan lebih mengutamakan dialog politik. [wip]