(IslamToday ID) – Pasukan Garda Pengawal Revolusi Iran (IRGC) menggelar latihan militer di kawasan Teluk pada hari Selasa (28/7/2020) di tengah hubungan yang memanas antara Teheran dan Washington.
Militer AS menyatakan latihan itu menyebabkan dua pangkalan dengan pasukan Amerika Serikat (AS) di wilayah itu siaga tinggi. AS juga menyebut peluncuran rudal Teheran merupakan aksi yang tidak bertanggung jawab.
Ada konfrontasi berkala di Teluk dalam beberapa tahun terakhir antara Iran dan militer AS. AS menuduh angkatan laut Iran mengirim kapal-kapal cepat untuk memprovokasi kapal perang AS ketika mereka melewati Selat Hormuz.
Teheran, yang menentang kehadiran angkatan laut AS dan Barat di Teluk, mengadakan latihan perang angkatan laut tahunan secara bertahap di jalur air strategis, yakni jalur untuk pengiriman sekitar 30 persen dari semua minyak mentah dan cairan minyak lainnya yang diperdagangkan melalui laut.
“Tahap terakhir dari latihan yang disebut ‘Great Prophet 14’ dengan partisipasi Angkatan Laut dan Angkatan Udara militer Iran telah dimulai di darat, udara, laut, dan ruang angkasa, serta Selat Hormuz dan Teluk Persia,” demikian televisi pemerintah Iran melaporkan seperti dikutip di Reuters.
IRGC dalam pernyataan yang dikutip oleh kantor berita Fars, menyatakan angkatan laut dan udara akan menggunakan rudal, UAV, dan unit radar dalam latihan itu.
Sebuah rudal juga ditembakkan dari helikopter yang menargetkan replika kapal induk AS di Selat Hormuz yang strategis. Cuplikan dari latihan perang Iran yang disiarkan di televisi pemerintah menunjukkan pasukan udara dan angkatan laut IRGC bersiap untuk serangan di lepas pantai barat daya negara itu.
Speedboat meluncur melintasi air dalam formasi sebelum pasukan darat menembakkan meriam dan sebuah rudal diluncurkan dari helikopter, meninggalkan jejak asap sebelum muncul untuk menabrak sisi kapal perang replika tersebut.
Angkatan Laut AS mengutuk perilaku tidak bertanggung jawab dan ceroboh Iran dan menyebut itu sebagai upaya untuk mengintimidasi dan memaksa. Armada ke-5 Angkatan Laut AS yang berbasis di negara Teluk Bahrain, juga mengkritik penggunaan Iran atas replika kapal induk AS.
“Kami menyadari latihan Iran yang melibatkan serangan atas tiruan kapal yang mirip dengan kapal induk AS yang tidak bergerak,” kata juru bicara Komandan Armada ke-5 Angkatan Laut AS Rebecca Rebarich seperti dikutip di AFP.
Komando Pusat Militer AS juga mengatakan Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar dan Pangkalan Udara Al Dhafra di Uni Emirat Arab (UEA) ditempatkan pada status siaga tinggi karena kehati-hatian setelah penilaian awal menunjukkan potensi ancaman.
“Insiden itu berlangsung selama beberapa menit, dan semua jelas dinyatakan setelah indikator ancaman berlalu,” kata pernyataan militer itu.
Rebarich mengatakan militer AS selalu waspada terhadap jenis perilaku yang tidak bertanggung jawab dan gegabah oleh Iran di sekitar saluran air internasional yang sibuk.
“Latihan ini tidak mengganggu operasi koalisi di daerah itu atau tidak berdampak pada aliran perdagangan bebas di Selat Hormuz dan perairan sekitarnya,” ujarnya.
Ketegangan meningkat antara Iran dan AS sejak 2018, ketika Presiden AS Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran tahun 2015 dan menerapkan kembali sanksi yang telah secara tajam menurunkan ekspor minyak Teheran.
Militer Iran pada bulan April mengatakan Teheran akan menghancurkan kapal perang AS jika keamanan Iran terancam di Teluk. Pejabat Iran telah berulang kali mengancam akan memblokir Hormuz jika Iran tidak dapat mengekspor minyak atau jika situs nuklirnya diserang. [wip]