(IslamToday ID) – Pemerintah Afghanistan membebaskan sebanyak 317 tahanan yang merupakan kelompok Taliban sehubungan dengan upaya perdamaian yang sedang berlangsung di antara keduanya.
Kantor Dewan Keamanan Nasional (ONSC) menyatakan pemerintah Afghanistan telah membebaskan tahanan Taliban dengan total menjadi 4.917.
“Pembebasan tahanan akan berlanjut sampai total mencapai 5.100. Salah satu dari prasyarat perjanjian perdamaian AS-Taliban yang ditandatangani pada Februari,” demikian isi keterangan ONSC seperti dikutip di Anadolu Agency, Minggu (2/8/2020).
Taliban bersumpah telah menyelesaikan bagian mereka dari pertukaran tahanan dengan melepaskan 1.000 pasukan keamanan tawanan. Para pemberontak mengumumkan soal gencatan senjata kejutan selama tiga hari selama perayaan Idul Adha yang dimulai pada hari Jumat lalu.
Pemerintah Afghanistan menyambut dan membalas langkah tersebut. Presiden Afghanistan Mohammad Ashraf Ghani berjanji untuk mengakhiri pertukaran tahanan bermasalah dengan Taliban dan mendesak mereka untuk bersiap-siap melakukan pembicaraan dalam waktu seminggu ke depan.
“Meskipun ini adalah langkah penting, rakyat Afghanistan meminta gencatan senjata permanen dan segera memulai negosiasi langsung antara pemerintah Afghanistan dan Taliban,” kata sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor kepresidenan.
Sementara itu, Mawlawi Hibatullah Akhundzada, pemimpin gerilyawan Taliban di Afghanistan menegaskan bahwa kelompoknya berada di ambang pembentukan pemerintahan Islam di negara yang dilanda perang itu.
“Pesan kami jelas bahwa kami tidak mencari monopoli atas kekuasaan,” kata Akhundzada dalam pesan yang diterbitkan oleh situs propaganda kelompok itu, al-Emarah.
PBB mengindikasikan kekerasan yang berkobar di Afghanistan menyebabkan 3.458 korban dari pihak sipil, dengan 1.282 tewas dan 2.176 terluka pada paruh pertama tahun 2020. Laporan pertengahan tahun oleh Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) mencatat warga sipil yang menjadi korban kekerasan Taliban mengalami total kenaikan sebesar 43 persen dari korban sipil yang berjumlah 1.473, yakni 580 tewas dan 893 terluka.
Korban sipil yang dikaitkan dengan pasukan pemerintah meningkat 9 persen menjadi 23 persen dari total korban sipil yang berjumlah 789 orang pada paruh pertama tahun ini, dengan 281 tewas dan 508 lainnya luka-luka. [wip]