(IslamToday ID) – Kedutaan Besar (Kedubes) Indonesia untuk Lebanon menyatakan telah melakukan komunikasi dan memantau kondisi warga negara Indonesia (WNI) pasca ledakan dahsyat mengguncang Beirut.
“WNI tetap tenang, terpantau, dan kita terus melakukan komunikasi,” kata Dubes Lebanon, Hajrianto Y Thohari, Rabu (5/8/2020).
“Untuk itu keluarga di Tanah Air yang memiliki anggota keluarga yang sekarang berada di Lebanon, diharapkan untuk tetap tenang dan tidak panik karena Insya Allah semuanya terpantau dan terkendali dengan baik,” tambahnya.
Hajriyanto lantas mengungkapkan alasan pihaknya tidak mendirikan Crisis Center terkait ledakan yang mengguncang Beirut.
“Kita sudah punya semua kontaknya sehingga mempermudah komunikasi dan informasi, ya namanya man to man marking,” ujarnya.
Dikatakan Hajriyanto, pihaknya telah mengimbau WNI yang ada di Lebanon untuk memperhatikan ketersediaan bahan. Pasalnya, kemungkinan besar ada dugaan yang sangat kuat ledakan yang terjadi di pelabuhan Beirut akan mengakibatkan kelangkaan bahan makanan pelabuhan yang menjadi pintu masuk kebutuhan pokok bagi negara itu sekarang rusak parah.
Untuk diketahui, Lebanon tidak memiliki cukup sumber daya alam, sehingga 80 persen bahan kebutuhan pokok terutama makanan seperti gandum di impor dari luar negeri. “Dalam waktu dekat ini kita merencanakan untuk dapat segera memberikan bantuan bahan makanan, obat-obatan, dan kesehatan,” ujarnya.
“Kita sudah beberapa gelombang memberikan bantuan dalam rangka memberikan perlindungan kepada WNI,” tambah Hajriyanto.
“Jadi pemerintah pusat memang telah melakukan refocusing program-program kantor perwakilan untuk memusatkan perhatian pada perlindungan warga negara,” tukasnya seperti dikutip di Sindonews.
Hajriyanto juga mengimbau kepada semua pihak untuk menunggu hasil investigasi yang dilakukan oleh pemerintah Lebanon terkait siapa yang harus bertanggung jawab terkait ledakan itu. “Yang perlu kita dengarkan dan perlu kita tunggu adalah hasil investigasi dari pemerintah Lebanon,” katanya.
Hajriyanto menuturkan peristiwa ledakan dahsyat Lebanon berpotensi menimbulkan spekulasi karena keberadaan 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan di kawasan pelabuhan Beirut yang bahkan beberapa pejabat tinggi negara pun tidak tahu. “Bahkan Presiden Michel Aoun menyatakan kekagetannya,” ujarnya.
Karena itu, sambung Hajriyanto, ledakan tersebut berpotensi mengundang banyak spekulasi termasuk serangan dari luar, kesengajaan, atau sebuah sabotase. Terlebih lagi, banyak pengamat politik internasional yang menyebut Lebanon sebagai wilayah perang proksi, di mana berbagai kepentingan politik negara-negara besar di dunia menanamkan pengaruhnya pada kekuatan-kekuatan yang ada di dalam negeri negara itu.
“Sampai hari ini tidak ada informasi resmi yang mengindikasikan adanya tindak kesengajaan atas ledakan itu, masih pada tataran adanya keamanan yang tidak baik terutama pengamanan terhadap barang yang mudah meledak,” tutur Hajriyanto. [wip]