(IslamToday ID) – Taiwan akan membeli empat drone canggih bikinan Amerika Serikat (AS). Jika deal, ini adalah transaksi pertama drone canggih kedua negara. Bisa jadi, kesepakatan ini akan meningkatkan ketegangan dengan China.
Drone yang akan dibeli Taiwan berjenis drone pengintai SeaGuardian yang memiliki jangkauan 6.000 mil laut (11.100 km). Jangkauan ini lebih panjang berkali-kali lipat dari jangkauan armada drone Taiwan saat ini yang hanya 160 mil.
Dua orang sumber Reuters menyatakan penjualan kendaraan udara tak berawak ini diam-diam telah disahkan oleh Departemen Luar Negeri AS. Namun salah seorang sumber menyebut tidak diketahui apakah pejabat AS telah menyetujui ekspor drone dengan senjata terpasang.
Sumber yang sama juga bilang, kesepakatan itu harus disetujui oleh anggota Kongres yang mungkin menerima pemberitahuan resmi secepatnya bulan depan. Nantinya, kongres dapat memilih untuk memblokir kesepakatan akhir.
Ini akan menjadi penjualan drone pertama setelah pemerintahan Presiden Donald Trump melanjutkan rencananya untuk menjual lebih banyak drone ke banyak negara dengan menafsirkan kembali perjanjian kontrol senjata internasional yang disebut Rezim Kontrol Teknologi Rudal (MTCR).
Sementara, militer Taiwan terlatih dengan baik dan dilengkapi dengan sebagian besar perangkat keras buatan AS. Sedangkan China memiliki keunggulan jumlah yang sangat besar dan menambahkan peralatan canggihnya sendiri.
Seorang sumber menyatakan Taiwan mengajukan permintaannya untuk membeli drone bersenjata awal tahun ini. AS pada pekan lalu mengirimkan data harga dan ketersediaan kepada Taiwan untuk kesepakatan itu. Ini merupakan langkah penting yang menunjukkan persetujuan resmi untuk melakukan transaksi jual-beli. Namun, ini tidak mengikat dan dapat dibatalkan.
Jika menggunakan transaksi sebelumnya sebagai panduan, transaksi kesepakatan untuk empat drone, stasiun bumi, suku cadang, pelatihan, dan dukungan diperkirakan bernilai sekitar 600 juta dolar AS atau setara dengan Rp 8,5 triliun.
Belakangan, Taiwan semakin memperkuat sistem pertahanannya dalam menghadapi apa yang dilihatnya sebagai gerakan yang semakin mengancam oleh Beijing, seperti latihan angkatan udara dan dikerahkannya angkatan laut China di dekat Taiwan.
Hubungan antara Beijing dan Washington dapat semakin memburuk jika kesepakatan itu mendapat persetujuan akhir dari pejabat AS. Pentagon mengatakan penjualan senjata ke Taiwan akan terus berlanjut, dan pemerintahan Trump telah menjaga kecepatan kapal perang Angkatan Laut yang melewati Selat Taiwan.
China mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri. Beijing mengecam peningkatan dukungan pemerintahan Trump untuk Taiwan.
Menurut Bonnie Glaser, Direktur China Power Project di CSIS, pertahanan udara canggih China kemungkinan bisa menembak jatuh beberapa drone. Namun ia masih berharap China akan menentang penjualan senjata terkecil yang dilakukan AS ke Taiwan karena setiap penjualan berarti menantang prinsip “Satu China”.
“Mereka menjadi sangat gelisah jika mereka pikir itu adalah kemampuan ofensif,” katanya.
Kantor Perwakilan Ekonomi dan Budaya Taipei di AS tidak menanggapi pertanyaan dari Reuters.
“Sebagai masalah kebijakan kami tidak mengomentari atau mengkonfirmasi penjualan atau transfer pertahanan yang diusulkan sampai mereka secara resmi diberitahukan kepada Kongres,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri.
Menurut catatan yang disimpan oleh Bard Center for the Study of the Drone, saat ini pemerintah Taiwan memiliki 26 armada pesawat tak berawak Albatross yang dibuat oleh Institut Sains dan Teknologi Chung-Shan Nasional Taiwan, sebuah badan penelitian kementerian pertahanan semu, yang dapat terbang sejauh 160 mil laut (300 km) sebelum kembali ke pangkalan. [wip]