IslamToday ID — Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan sejarah tidak akan melupakan dan tak akan pernah memaafkan “perilaku munafik” Uni Emirat Arab (UEA) atas perjanjian yang dibuatnya dengan Israel untuk memulihkan hubungan diplomatik.
Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan rakyat dan pemerintahan Palestina menunjukkan sikap yang benar dengan bereaksi keras terhadap perjanjian tersebut.
Kemlu Turki mengatakan perjanjian itu mengubah tatanan politik Timur Tengah, dari masalah Palestina hingga upaya memerangi Iran.
“Sejarah dan hati nurani masyarakat di kawasan itu tidak akan melupakan dan tidak akan pernah memaafkan perilaku munafik UEA ini, yang mengkhianati perjuangan Palestina demi kepentingan sempitnya,” demikian pernyataan Kemlu Turki, Jumat (14/8).
“Sangat mengkhawatirkan bahwa UEA harus, dengan tindakan sepihak, mencoba dan menghapus Rencana Perdamaian Arab (2002) yang dibangun Liga Arab. Deklarasi tiga arah ini sama sekali tidak bisa dianggap mendukung perjuangan Palestina,” tulis Kemlu Turki.
Presiden AS Donald Trump membantu menengahi kesepakatan tersebut. Turki memiliki hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Israel, namun hubungan kedua negara tegang selama bertahun-tahun.
Pada tahun 2010, pasukan komando Israel membunuh 10 aktifis kemanusiaan Turki yang mencoba menembus blokade di Jalur Gaza, kawasan yang dikendalikan Hamas.
UAE menjadi negara Arab ketiga yang menjalin hubungan penuh dengan Israel, setelah Mesir pada 1979 dan Yordania pada 1994.
Palestina mengecam keras kesepakatan normalisasi antara UEA dan Israel yang dijembatani AS. Menurutnya, hal itu merupakan sebuah pengkhianatan.
Dengan demikian, setelah Yordania, Mesir, Turki, Maroko, Oman, Azerbaijan, Uni Emirat Arab pun menyusul. Bahkan, muncul dugaan hal ini akan membuka peluang bagi Arab Saudi, Bahrain, dan Qatar untuk menormalisasi hubungannya dengan Israel.[IZ]