(IslamToday ID) – Penjaga Fasilitas Perminyakan Libya mengumumkan bahwa blokade produksi minyak yang diberlakukan oleh panglima perang pemberontak Khalifa Haftar selama berbulan-bulan telah dicabut.
“Haftar memberi perintah untuk membuka kembali pelabuhan dan fasilitas untuk mengakhiri masalah yang dialami oleh warga Libya di banyak bidang kehidupan dan untuk melindungi infrastruktur fasilitas produksi dan ekspor minyak,” kata kepala kelompok militan Penjaga Fasilitas Minyak yang bersekutu dengan Haftar, Naji Al Maghribi, Selasa (18/8/2020), seperti dikutip di TRTWorld.
Produksi minyak hampir terhenti di Libya setelah militan pro-Haftar menutup fasilitas minyak di bagian timur negara itu pada bulan Januari untuk menekan sumber daya pemerintah yang diakui PBB.
Libya, dengan cadangan minyak terbesar di Afrika, bisa menghasilkan 1,2 juta barel minyak mentah per hari. Namun produksi telah turun di bawah 100.000 barel per hari karena gangguan milisi pro-Haftar selama tujuh bulan terakhir.
Libya terperosok dalam perselisihan sejak penggulingan mantan pemimpin Muammar Gaddafi pada tahun 2011.
Pemerintahan baru didirikan empat tahun kemudian pada tahun 2015 di bawah perjanjian yang dipimpin PBB, tetapi upaya penyelesaian politik jangka panjang sejauh ini gagal karena serangan militer Haftar.
Sejak April 2019, milisi Haftar telah melancarkan serangan ke Tripoli dan bagian lain Libya barat laut, yang mengakibatkan lebih dari 1.000 kematian, termasuk warga sipil.
Didukung oleh Turki, pasukan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui PBB mencetak kemenangan penting pada bulan Juni. GNA mengambil alih kendali atas barat laut dan mengusir milisi yang setia kepada Haftar.
Haftar mendapat dukungan dari Uni Emirat Arab (UEA), Mesir, dan Rusia, sementara GNA didukung oleh Turki dan Qatar. [wip]