(IslamToday ID) – Suku-suku Arab menuduh militan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) membunuh seorang syaikh mereka di Deir ez-Zor, Suriah. Kemudian mereka memberi waktu SDF satu bulan untuk mundur dari provinsi timur laut itu.
Anggota terkemuka suku Arab di timur laut Kota Aleppo, Suriah telah berjanji untuk memerangi apa yang mereka sebut sebagai “penjajah Amerika Serikat (AS)” dan militan yang didukung AS yakni SDF.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis (20/8/2020), mereka mengisyaratkan kesiapan untuk mendukung perlawanan rakyat terhadap pasukan AS dan sekutunya. Mereka juga menyalahkan SDF dan kelompok militan lainnya karena telah “merampok” sumber daya Suriah.
Suku-suku tersebut secara khusus berjanji untuk memberikan bantuan moral dan material kepada pasukan perlawanan untuk membantu membebaskan Suriah dari militan yang didukung AS.
Para tetua mereka juga menyambut baik sejumlah kemenangan baru-baru ini yang diperoleh pasukan pemerintah Suriah di Aleppo, Idlb, dan kota-kota di timur laut lainnya di bawah kepemimpinan Presiden Bashar Assad.
Pernyataan itu muncul setelah para tetua suku Arab Al-Uqaydat bertemu di provinsi Suriah Deir ez-Zor awal bulan ini. Mereka sepakat koalisi pimpinan AS bertanggung jawab atas pembunuhan seorang syaikh suku di daerah tersebut, dan memberi waktu pasukan SDF satu bulan untuk meninggalkan wilayah itu.
Kejahatan tingkat tinggi terbaru yang dikaitkan dengan milisi SDF adalah pembunuhan terhadap Syaikh Mutashar al-Hafil dan kerabatnya Dar Mihlef al-Khalaf, yang memicu gelombang protes oleh suku-suku lokal terhadap SDF dan koalisi pro-AS.
“Kami menyerukan kepada koalisi internasional untuk mengambil alih kendali atas provinsi itu langsung kepada penduduk Arab-nya, menghormati integritas teritorial Suriah, serta hak-hak warga Suriah,” ungkap para tetua suku seperti dikutip di Sputniknews, Sabtu (22/8/2020).
SDF dan kelompok Kurdi saat ini mengendalikan sebagian besar wilayah timur Suriah dengan dukungan pasukan AS. Mereka ditugaskan untuk menjaga ladang minyak mentah lokal sejak Oktober 2019 dari dugaan upaya militan ISIS yang akan merebutnya.
Pemerintah Suriah telah berulang kali mengecam kehadiran pasukan militer AS di negara itu karena dinilai ilegal. Pasukan AS juga tidak memiliki mandat, baik dari Damaskus maupun PBB. [wip]