(IslamToday ID) – Yunani nekat meratifikasi alias mengesahkan perjanjian dengan Mesir soal batas wilayah di Laut Mediterania Timur. Ini artinya perseteruan Yunani-Turki kian panas dan berpotensi perang.
Perjanjian maritim antara Yunani-Mesir itu disahkan parlemen negeri para dewa setelah terlebih dahulu juga disahkan parlemen negeri piramida.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari ArabNews, Jumat (28/8/2020), parlemen Yunani mengesahkan pakta perjanjian maritim itu setelah mendapatkan persetujuan dari suara terbanyak anggota parlemen.
Pengesahan perjanjian maritim itu adalah sebuah aksi yang benar-benar nekat. Sebab, perjanjian batas maritim yang disepakati Yunani dengan Mesir merupakan titik tolak alias pemicu dari bangkitnya amarah Turki, sehingga mendadak memindahkan pasukan perangnya dari Laut Hitam ke Laut Mediterania Timur.
Ketika itu Turki tak terima dengan hasil kesepakatan dalam perjanjian yang dibuat Yunani dan Mesir. Sebab sebelum ada perjanjian itu, Turki sempat meredakan ketegangan di Mediterania dengan menunda eksplorasi survei seismik yang digagas Stasiun Antalya Navtex di selatan dan timur Pulau Kastellorizo, Yunani.
Turki menunda semua aktivitas seismik untuk menghargai penolakan yang dilayangkan Yunani terkait Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Namun setelah perjanjian itu disepakati Yunani dan Mesir, Turki melanjutkan survei dengan kembali melayarkan kapal Oruc Reis dengan dikawal kapal-kapal perang.
Yang lebih mengerikan lagi, ratifikasi perjanjian maritim Yunani-Mesir dilakukan hanya beberapa jam setelah Presiden Turki, Recep Tayip Erdogan mengeluarkan peringatan keras kepada Yunani agar tidak berusaha membuat kesalahan atas sengketa wilayah di Laut Mediterania Timur. Sebab, Turki tidak akan membuat konsesi apapun dengan Yunani atau sekutunya dalam masalah konflik di Laut Mediterania.
Peringatan itu disampaikan Erdogan dalam pidato resminya memperingati 949 tahun kemenangan Sultan Alparslan’i dalam perang besar Manzikert 26 Agustus 1071 pada 26 Agustus 2020.
Dan Erdogan menyatakan Turki siap menyelesaikan konflik dengan kekuatan militer alias perang jika Yunani nekat membuat kesalahan itu.
“Turki akan mengambil haknya di Mediterania, Laut Aegea, dan Laut Hitam juga. Dan sama seperti kami tidak mengingini tanah, kedaulatan dan kepentingan orang lain, kami tidak akan mentolerir mereka yang menargetkan tanah kami. Kami bertekad untuk melakukan apapun yang diperlukan untuk ini di tingkat politik, ekonomi, dan militer. Kami ingin semua orang menyadari bahwa Turki bukan lagi negara yang menguji ketegasan, kemampuan, dan keberaniannya,” kata Erdogan.
Sementara di saat perjanjian maritim disahkan, militer Turki meningkatkan intensitas latihan perang di Mediterania Timur. Tak hanya kapal perang yang dikerahkan, tapi kali ini juga melibatkan helikopter serang. [wip]