(IslamToday ID) – Sekjen Hizbullah, Hassan Nasrallah dan Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh melakukan pertemuan di Lebanon pada hari Sabtu (5/9/2020).
Kedua pemimpin pasukan anti-Israel dan Amerika Serikat (AS) itu bertemu untuk membahas tentang rencana penandatanganan perdamaian atau kesepakatan normalisasi hubungan Israel-Uni Emirat Arab (UEA) yang akan dilakukan dalam waktu dekat ini di Washington.
Pertemuan keduanya bertujuan untuk memperkuat poros perlawanan terhadap kekuatan Israel dan AS di negara-negara Islam Timur Tengah, khususnya di Palestina.
“Kami membahas berbagai perkembangan politik dan militer terbaru di Palestina, Lebanon, dan kawasan itu,” kata Sekjen Hizbullah, Hassan Nasrallah seperti dikutip di Anadolu Agency, Minggu (6/9/2020).
Tidak hanya itu, lanjut Hassan, Hizbullah dan Hamas juga membahas segala potensi ancaman yang akan dihadapinya pasca perjanjian normalisasi antara Israel dan UEA yang difasilitasi oleh AS.
“Kami memperkuat kekuatan poros perlawanan dalam menghadapi semua tekanan dan ancaman. Terutama pasca kesepakatan abad ini dan proyek normalisasi Arab resmi dengan entitas perampas dan tanggung jawab bangsa terhadap itu,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui bersama, sekitar pertengahan Agustus lalu Presiden AS Donald Trump telah berhasil meyakinkan UEA dan Israel untuk duduk bersama dan menjalin perjanjian normalisasi hubungan dua negara di Timur Tengah itu.
Hal itu dilakukan AS terkait dengan rencana pembelian jet tempur F-35 oleh UEA kepada AS. AS terikat perjanjian kerja sama industri pertahanan dengan Israel, yang disebut perjanjian Keunggulan Militer Kualitatif Israel (QME) di Timur Tengah.
Perjanjian itu menegaskan bahwa AS tidak dapat menjual senjata-senjata canggihnya kepada negara-negara di Timur Tengah tanpa persetujuan Israel.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo beberapa waktu lalu melakukan kunjungan ke Israel. Pompeo pun menjamin kepada Israel bahwa pihaknya akan tetap berpegang teguh pada komitmen atau perjanjian kerja sama industri militer atau QME yang telah disepakati antara Israel dan AS itu.
Namun, AS tetap mengarahkan agar Israel dapat merestui UEA untuk membeli F-35 dari AS dengan syarat-syarat tertentu atau yang tidak bertentangan dengan perjanjian kerja sama antara Israel dan AS itu.
Perjanjian kesepakatan damai antara Israel dan UEA itu pun menjadi perhatian seluruh dunia internasional, khususnya negara-negara muslim di kawasan Timur Tengah, termasuk kelompok Hizbullah dan Hamas. Mereka mengingatkan kepada UEA agar tidak menjadi penghianat di kawasan Timur Tengah dengan membiarkan Israel tetap menjajah Palestina.
Menurut Hizbullah dan Hamas, perjanjian damai antara Israel dan UEA tidak menjadi sesuatu yang membanggakan jika Israel tidak keluar dari Palestina. [wip]