(IslamToday ID) – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo berharap dialog antara Turki dan Yunani yang akan datang dapat menyelesaikan sengketa maritim di Mediterania Timur. Ia menekankan bahwa pembicaraan itu harus mengarah pada hubungan bilateral yang lebih baik antara kedua negara tetangga.
“Kami mengatakan sepanjang masih ada jalan penyelesaian konflik, unjuk kekuatan bukanlah solusi, ini bukan demonstrasi kekuatan, ini melalui dialog. Ini melalui sistem internasional, kesepakatan, percakapan, dialog. Begitulah seharusnya sengketa maritim diselesaikan,” ujar Pompeo seperti dikutip di Anadolu Agency, Kamis (1/10/2020).
“Kami berharap pembicaraan penjajakan tidak hanya dimulai dengan benar, tetapi penting bahwa pembicaraan tersebut diselesaikan dengan cara yang memberikan hasil yang menurut kedua negara lebih dapat diterima,” tambahnya.
Berbicara di Sidang Umum PBB pada hari Jumat lalu, Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis memuji pembicaraan yang akan datang dengan Ankara sebagai langkah ke arah yang benar.
“Jika Presiden Erdogan benar-benar percaya PBB berdiri sebagai mercusuar harapan dan benteng kerja sama global, saya akan mendesak dia untuk bertindak sesuai dengan fakta ini,” ungkapnya.
Ketegangan baru-baru ini meningkat selama eksplorasi energi di Mediterania Timur.
Yunani terus mempermasalahkan eksplorasi energi Turki di Mediterania Timur, mencoba mengkotakkan wilayah maritim Turki berdasarkan pulau-pulau kecil di dekat pantainya.
Turki, negara dengan garis pantai terpanjang di Mediterania, telah mengirim kapal bor dengan pengawalan militer untuk mengeksplorasi energi di landas kontinennya dan menegaskan bahwa Turki dan Republik Turki Siprus Utara juga memiliki hak di wilayah tersebut.
Untuk mengurangi ketegangan, Turki menyerukan dialog untuk memastikan pembagian yang adil dari sumber daya kawasan.
Pada hari Selasa, Kementerian Luar Negeri Yunani menyatakan dialog tentang eksplorasi antara Turki dan Yunani putaran ke-61 akan segera dimulai. Perundingan eksplorasi itu terakhir diadakan di Athena pada 1 Maret 2016.
Setelah itu, perundingan bilateral dilanjutkan dalam bentuk konsultasi politik, tetapi tidak kembali ke kerangka eksplorasi. [wip]